Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Pendamping Belajar

Seorang pekerja migran yang beralih profesi menjadi pendamping belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ira Resnawati, Bukan Sekedar BMI Biasa

31 Mei 2012   15:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:33 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_191815" align="aligncenter" width="500" caption="Mbak Ira Resnawati (kanan) bersama salah seorang asistennya"][/caption]

Awalnya aku cium-ciuman
Akhirnya aku peluk-pelukan
Tak sadar aku dirayu setan
Tak sadar aku ku kebablasan

Reff:
Ku hamil duluan sudah tiga bulan
Gara-gara pacaran tidurnya berduaan
Ku hamil duluan sudah tiga bulan
Gara-gara pacaran suka gelap-gelapan

O ow aku hamil duluan
O ow sudah tiga bulan

***

Samar-samar terdengar lagu "Ku hamil duluan"-nya Tuti Wibowo yang di-tarik suarakan ulang oleh Sinta dan Jojo menggema di lapangan Victory, Causewaybay Hong Kong. Dari kejauhan nampak seseorang yang sudah tak asing lagi di mata "penghuni" Victoria Park, sedang bersiap-siap untuk beraksi.

"Hah? Itu si embak tukang jamu. Nggak boleh dilewatkan nih! Musti dapet hari ini juga." Seru saya dalam hati.

Minggu sore (27/05/2012) sepulang mengikuti workshop kepenulisan persembahan Ibu Pipiet Senja, saya bersama Fera, Dwi dan Pratiwi sedang melenggang santai di tengah-tengah ramainya Victoria Park. Sambil sesekali membicarakan workshop yang baru saja usai, kami mengamati apa saja yang ada di sekeliling Victoria Park.

Di tengah-tengah gurauan kami tiba-tiba dari kejauhan terlihat si "embak" tukang jamu yang sudah tak asing lagi di kalangan BMI Hong Kong itu sedang bersiap-siap untuk pentas.

Alunan suara Shinta dan Jojo mulai menghentak. Si embak pun siap dengan posisi terbaiknya. Sebuah michrophone kecil tampak menempel dekat pipi kirinya. Dan yihaaa! Si embak mulai bergoyang mengikuti irama. Dengan dandanan ala Cherrybelle, lengkap dengan make up bak artis kenamaan si embak mulai bergerak lincah. Berputar, memadu padankan antara goyangan Trio Macan dan Inul Daratista. Tak lupa tiap gerakan tangan serta mimik wajahnya juga disesuaikan dengan lyric lagu yang tengah berkumandang.

Saat refference "ku hamil duluan, baru tiga bulan" kedua tangan si embak dilengkungkan ke depan perut seperti memeragakan seorang wanita yang sedang hamil besar. Hahaha lucu sekali. Semua yang melihat jadi terkekeh-kekeh dibuatnya.

Melihat aksinya, saya, Fera, Dwi, dan Pratiwi seperti ada yang mengkomandoi langsung berjalan mendekat. Bahkan sangat dekat. Dan aksi candid kamera pun di mulai. Entah siapa yang mengajak duluan tiba-tiba kita sepakat untuk "mewawancarai" si embak yang selalu "menggoyang" Victoria Park ini.

Maka setelah aksinya berakhir sebelum dia pergi jauh sayapun langsung mengutarakan niat untuk wawancaranya. Dan uhuuuy! Gayungpun bersambut. Di luar dugaan ternyata si embak tidak keberatan sama sekali. Hanya saja dia bilang. "Sepuluh menit ya!"

Sepuluh menit? Okay! Deal!

Segera saja kami berlima ndeprok di lapangan. Peralatan "wawancara" kami keluarkan secepat mungkin. Saya, Fera dan Pratiwi masing-masing menggenggam secarik kertas dan sebuah pulpen. Sedangkan Dwi bertindak selaku "fotografer". Sepuluh menit gitu loh.. :D. Harus ekstra cepat.

Pertanyaan demi pertanyaan kami lontarkan secara bergantian. Meski terkesan buru-buru suasana santai dan penuh kekeluargaan masih terasa menyelimuti.

Ira Resnawati begitulah nama "pejuang tangguh" ini. Untuk siapa saja yang ingin melihat aksi Mbak Ira, datang saja ke Victoria Park Hong Kong pada hari Minggu. Eits, dari tadi cuma cerita tentang Mbak Ira yang suka bergoyang. Sebenarnya ngapain sih dia? Sekedar iseng-iseng atau memang ada tujuan lain?

Yups! Mbak Ira nggak asal goyang hanya untuk jadi tontonan. Ini hanya triknya berdagang. Haa? Dagang? Kok dagang di Hong Kong? Dagang apaan sih?

Kalau ada sebagian TKW Hong Kong yang berjualan makanan pada saat libur. Mbak Ira ini memilih "sesuatu" yang lain daripada yang lain untuk di jual. Beliau berjualan jamu. Ada jamu kunyit asam, kunyit sirih, beras kencur dan sebuah ramuan tradisional khusus untuk wanita yang bernama majaan.

Untuk perbotolnya Mbak Ira menjualnya seharga HK$22. Cukup mahal juga yaa. Namun karena jamu Mbak Ira ini memiliki cita rasa yang khas dan pas, orang-orang tak keberatan membelinya. Lagipula tidak ada saingannya. Setahu saya hanya beliaulah satu-satunya penjual jamu di sini.

Menyimak penuturannya tentang lika-liku selama berjualan jamu di Hong Kong membuat saya dan ketiga teman saya jadi terbengong-bengong. Betapa tidak tidak? Mbak Ira, TKW asal Surabaya ini mengaku omzet berjualan jamu untuk satu harinya (hari Minggu saja) mampu mencapai 2,5 juta rupiah. Mencengangkan bukan? Itu penghasilan bersihnya loh. Sudah dipotong untuk menggaji 5 orang karyawan dan biaya penggunaan bahan baku.

Suaminya sendiri yang memasok bahan bakunya. Bahan-bahan berupa rempah-rempah itu dikirim melalui pos 2 minggu sekali. Bahan-bahan yang datang langsung diolah tanpa menunggu waktu yang lama. Diharapkan dengan bahan-bahan yang fresh ini mampu menghasilkan jamu yang berkualitas. Mutu harus terjamin. Mbak Ira sangat hati-hati dengan kualitas jamunya. Oleh karena itu meski beliau memiliki 5 orang asisten, jamu-jamu itu hanya boleh diracik oleh tangannya sendiri. Sementara asisten-asistennya hanya cukup membantu menjajakan dan keperluan yang lainnya seperti mengemasnya dalam botol-botol kecil lalu membawanya dari kontrakan mereka di Sham Shui Po ke Victoria Park Causewaybay.

Dari hasil bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan berjualan jamu selama lebih dari 7 tahun Mbak Ira yang juga pernah mengenyam pendidikan di Universitas Airlangga ini, telah berhasil menaikkan taraf hidup keluarganya. Menyekolahkan adik-adiknya, membangun bisnis travel dikampung yang sekarang dijalankan oleh suaminya, membiayai kedua orang tuanya ke tanah suci dan yang tak kalah hebatnya beliau mampu membangun rumah seharga kurang lebih 200 juta rupiah. Rumahnya yang dulu ambles gara-gara lumpur Lapindo.

Sekilas profesinya berjualan jamu ini memang tampak biasa-biasa saja. Ahk cuman jualan jamu ini. Apa sih istimewanya. Gitu aja pake diwawancarai segala. :D

Jualan jamunya mungkin nggak seberapa menarik. Tapi trik dan strategi pemasarannya itu loh yang unik dan menggelitik untuk dicermati. Seperti yang sudah saya tuliskan di bagian pembuka, Mbak Ira menarik minat konsumen dengan cara yang lain daripada yang lain.

Beliau akan menyebar asistennya untuk menjajakan jamunya. Setelah ada calon pembeli yang benar-benar berminat, Mbak Ira akan mendatanginya untuk memberi satu suguhan spesial. Dengan bermodalkan tape recorder dan sebuah tamborine, beliau akan memutar musik atau lagu, lalu berjoget di hadapan para pembelinya. Ahaay indah nian goyangannya. :D

Kadang untuk mendukung penampilannya Mbak Ira juga memakai wig beraneka bentuk dan warna. Ampuuun..pokoknya heboh banget nih Mbak Ira.

Mbak Ira, sosok penjual jamu yang begitu menginspirasi. Dengan menggabungkan keuletan dan kreativitas, beliau mampu membuktikan kalau buruh migran itu tidak selalu identik dengan pribadi yang "bodoh" dan selalu merepotkan pemerintah.

Waktu yang semula hanya dijadwalkan 10 menit untuk wawancara itu menjadi melebar. Mungkin ada kali setengah jam-an. Hihihii kami semua teramat menikmati "obrolan" sore itu.

Akhirnya terwujud juga keinginan saya yang sudah lama terpendam untuk mewawancarai penjual jamu yang nyentrik itu. Tentunya ini semua tak lepas dari kekompakan kami (kompasianer Hong Kong) untuk menjaring informasi bersama. Thanks for all of you, Guys! :)

Selalu ada hikmah yang dapat kita petik dari suatu peristiwa. Demikian pula dengan hasil wawancara kami dengan Mbak Ira. Darinya kami telah mendapatkan satu pelajaran berharga.

"Selalu berusaha memanfaatkan peluang yang ada."

Peluang untuk bekerja dan mencari nafkah itu ada bertebaran di mana-mana. Tinggal bagaimana kecerdikan kita menangkapnya. Bagaimana upaya kita mengembangkannya menjadi sebuah profesi yang menjanjikan. Ada satu pesan moral juga yang sempat dilontarkan Mbak Ira sebelum beliau mohon diri. "Jangan pernah merasa malu untuk melakoni jenis pekerjaan serendah apapun kelasnya di mata masyarakat. Selama itu halal, tidak mengganggu dan tidak pula merugikan orang lain sudah selayaknya kita patut berbangga hati dengan pekerjaan yang kita jalani."

Salut saya untukmu Mbak Ira. Dirimu bukanlah seorang BMI biasa. Saya ingin memberimu julukan sebagai seorang pejuang, entrepreneur dan entertainer sejati. :)


[caption id="attachment_191810" align="aligncenter" width="550" caption="Mbak Ira sedang menunjukkan kebolehannya berjoget"]

13384745841945878478
13384745841945878478
[/caption]

*  *  *


[caption id="attachment_191817" align="aligncenter" width="400" caption="Ini loh jamu-nya Mbak Ira"]

1338476325887712210
1338476325887712210
[/caption]

*  *  *


[caption id="attachment_191821" align="aligncenter" width="400" caption="Tape recorder inilah yang setia menemani mbak Ira kemanapun dia pergi"]

1338476735749222423
1338476735749222423
[/caption]

*  *  *


[caption id="attachment_191823" align="aligncenter" width="550" caption="dari kiri ke kanan (Pratiwi, saya, Mbak Ira, asisten Mbak Ira, Fera"]

13384769611939254770
13384769611939254770
[/caption]

note: semua foto merupakan dokumentasi dari Dwi Purwanti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun