Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Pendamping Belajar

Seorang pekerja migran yang beralih profesi menjadi pendamping belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ira Resnawati, Bukan Sekedar BMI Biasa

31 Mei 2012   15:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:33 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat aksinya, saya, Fera, Dwi, dan Pratiwi seperti ada yang mengkomandoi langsung berjalan mendekat. Bahkan sangat dekat. Dan aksi candid kamera pun di mulai. Entah siapa yang mengajak duluan tiba-tiba kita sepakat untuk "mewawancarai" si embak yang selalu "menggoyang" Victoria Park ini.

Maka setelah aksinya berakhir sebelum dia pergi jauh sayapun langsung mengutarakan niat untuk wawancaranya. Dan uhuuuy! Gayungpun bersambut. Di luar dugaan ternyata si embak tidak keberatan sama sekali. Hanya saja dia bilang. "Sepuluh menit ya!"

Sepuluh menit? Okay! Deal!

Segera saja kami berlima ndeprok di lapangan. Peralatan "wawancara" kami keluarkan secepat mungkin. Saya, Fera dan Pratiwi masing-masing menggenggam secarik kertas dan sebuah pulpen. Sedangkan Dwi bertindak selaku "fotografer". Sepuluh menit gitu loh.. :D. Harus ekstra cepat.

Pertanyaan demi pertanyaan kami lontarkan secara bergantian. Meski terkesan buru-buru suasana santai dan penuh kekeluargaan masih terasa menyelimuti.

Ira Resnawati begitulah nama "pejuang tangguh" ini. Untuk siapa saja yang ingin melihat aksi Mbak Ira, datang saja ke Victoria Park Hong Kong pada hari Minggu. Eits, dari tadi cuma cerita tentang Mbak Ira yang suka bergoyang. Sebenarnya ngapain sih dia? Sekedar iseng-iseng atau memang ada tujuan lain?

Yups! Mbak Ira nggak asal goyang hanya untuk jadi tontonan. Ini hanya triknya berdagang. Haa? Dagang? Kok dagang di Hong Kong? Dagang apaan sih?

Kalau ada sebagian TKW Hong Kong yang berjualan makanan pada saat libur. Mbak Ira ini memilih "sesuatu" yang lain daripada yang lain untuk di jual. Beliau berjualan jamu. Ada jamu kunyit asam, kunyit sirih, beras kencur dan sebuah ramuan tradisional khusus untuk wanita yang bernama majaan.

Untuk perbotolnya Mbak Ira menjualnya seharga HK$22. Cukup mahal juga yaa. Namun karena jamu Mbak Ira ini memiliki cita rasa yang khas dan pas, orang-orang tak keberatan membelinya. Lagipula tidak ada saingannya. Setahu saya hanya beliaulah satu-satunya penjual jamu di sini.

Menyimak penuturannya tentang lika-liku selama berjualan jamu di Hong Kong membuat saya dan ketiga teman saya jadi terbengong-bengong. Betapa tidak tidak? Mbak Ira, TKW asal Surabaya ini mengaku omzet berjualan jamu untuk satu harinya (hari Minggu saja) mampu mencapai 2,5 juta rupiah. Mencengangkan bukan? Itu penghasilan bersihnya loh. Sudah dipotong untuk menggaji 5 orang karyawan dan biaya penggunaan bahan baku.

Suaminya sendiri yang memasok bahan bakunya. Bahan-bahan berupa rempah-rempah itu dikirim melalui pos 2 minggu sekali. Bahan-bahan yang datang langsung diolah tanpa menunggu waktu yang lama. Diharapkan dengan bahan-bahan yang fresh ini mampu menghasilkan jamu yang berkualitas. Mutu harus terjamin. Mbak Ira sangat hati-hati dengan kualitas jamunya. Oleh karena itu meski beliau memiliki 5 orang asisten, jamu-jamu itu hanya boleh diracik oleh tangannya sendiri. Sementara asisten-asistennya hanya cukup membantu menjajakan dan keperluan yang lainnya seperti mengemasnya dalam botol-botol kecil lalu membawanya dari kontrakan mereka di Sham Shui Po ke Victoria Park Causewaybay.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun