Dari hasil bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan berjualan jamu selama lebih dari 7 tahun Mbak Ira yang juga pernah mengenyam pendidikan di Universitas Airlangga ini, telah berhasil menaikkan taraf hidup keluarganya. Menyekolahkan adik-adiknya, membangun bisnis travel dikampung yang sekarang dijalankan oleh suaminya, membiayai kedua orang tuanya ke tanah suci dan yang tak kalah hebatnya beliau mampu membangun rumah seharga kurang lebih 200 juta rupiah. Rumahnya yang dulu ambles gara-gara lumpur Lapindo.
Sekilas profesinya berjualan jamu ini memang tampak biasa-biasa saja. Ahk cuman jualan jamu ini. Apa sih istimewanya. Gitu aja pake diwawancarai segala. :D
Jualan jamunya mungkin nggak seberapa menarik. Tapi trik dan strategi pemasarannya itu loh yang unik dan menggelitik untuk dicermati. Seperti yang sudah saya tuliskan di bagian pembuka, Mbak Ira menarik minat konsumen dengan cara yang lain daripada yang lain.
Beliau akan menyebar asistennya untuk menjajakan jamunya. Setelah ada calon pembeli yang benar-benar berminat, Mbak Ira akan mendatanginya untuk memberi satu suguhan spesial. Dengan bermodalkan tape recorder dan sebuah tamborine, beliau akan memutar musik atau lagu, lalu berjoget di hadapan para pembelinya. Ahaay indah nian goyangannya. :D
Kadang untuk mendukung penampilannya Mbak Ira juga memakai wig beraneka bentuk dan warna. Ampuuun..pokoknya heboh banget nih Mbak Ira.
Mbak Ira, sosok penjual jamu yang begitu menginspirasi. Dengan menggabungkan keuletan dan kreativitas, beliau mampu membuktikan kalau buruh migran itu tidak selalu identik dengan pribadi yang "bodoh" dan selalu merepotkan pemerintah.
Waktu yang semula hanya dijadwalkan 10 menit untuk wawancara itu menjadi melebar. Mungkin ada kali setengah jam-an. Hihihii kami semua teramat menikmati "obrolan" sore itu.
Akhirnya terwujud juga keinginan saya yang sudah lama terpendam untuk mewawancarai penjual jamu yang nyentrik itu. Tentunya ini semua tak lepas dari kekompakan kami (kompasianer Hong Kong) untuk menjaring informasi bersama. Thanks for all of you, Guys! :)
Selalu ada hikmah yang dapat kita petik dari suatu peristiwa. Demikian pula dengan hasil wawancara kami dengan Mbak Ira. Darinya kami telah mendapatkan satu pelajaran berharga.
"Selalu berusaha memanfaatkan peluang yang ada."
Peluang untuk bekerja dan mencari nafkah itu ada bertebaran di mana-mana. Tinggal bagaimana kecerdikan kita menangkapnya. Bagaimana upaya kita mengembangkannya menjadi sebuah profesi yang menjanjikan. Ada satu pesan moral juga yang sempat dilontarkan Mbak Ira sebelum beliau mohon diri. "Jangan pernah merasa malu untuk melakoni jenis pekerjaan serendah apapun kelasnya di mata masyarakat. Selama itu halal, tidak mengganggu dan tidak pula merugikan orang lain sudah selayaknya kita patut berbangga hati dengan pekerjaan yang kita jalani."