“Namanya Nur Aulia hari lahirnya Selasa Legi."
“Dia cocok denganmu ngger, dia orangnya baik." Katanya pendek.
“Jawabannya singkat. Tidak membuatku puas." Kataku dalam hati sambil melihat ke arah si Mbah.
“Aku mengerti kegelisahanmu ngger.." Deg! Jantungku seakan berhenti mendengar perkataan si Mbah. kemudian mata si Mbah terpejam. Dan ketika mata dibuka diangkat tangannya dengan posisi sejajar dengan mulut dan ditiuplah tangannya yang mengepal, tiba-tiba muncullah sebuah benda kecil ditelapak tangannya, benda itu adalah emas sebesar benang yang memiliki panjang setengah centimeter.
Digelarnya sajadah di lantai. Disuruhnya aku tidur terlentang di atas sajadah bergambar Ka'bah warna merah itu. Disuruhnya aku memejamkan mata. Dan kemudian; “Plek!” Telapak tangan si Mbah memukul tepat di dahiku. Terasa emas itu berada diantara dahi dan telapak si mbah. Digesek-gesekkan telapak tangan itu pada dahi kemudian setelah beberapa menit emas itu seperti lenyap, tidak terasa di dahi walau tangan si Mbah masih mengusap-usapnya.
***
Jantung berdebar-debar, terlintas pesan si Mbah ketika akan pulang bahwa saudara kembarku akan bisa kulihat tepat jarum jam menunjuk angka 12 tengah malam. Kini 30 menit menjelang dimana suatu gaib akan menimpaku, suatu yang jauh dari angan pikir serta nalarku.
Marmati,
kakang kawah,
adi ari-ari,
getih sedulur papat,