Hingga saat ini terdapat 5 species parasit Plasmodium di dunia yang diakui dapat menginfeksi dan menimbulkan gejala sakit, yaitu P. Vivax, P. Ovale, P. Malariae, P. Falciparum, dan P. Knowlesi. Gambaran mikroskopisnya akan berbeda tergantung dengan species dan stadium infeksinya.
Selain Plasmodium pada Malaria, pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk mengamati patogen lain, seperti Trypanosoma, Filaria, ataupun Bolleria.
3. Sel darah putihÂ
- Jumlah total & hitung jenis : Jumlah leukosit secara keseluruhan dan untuk tiap jenisnya (neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil). Leukositosis (terlalu banyak), leukopenia (terlalu sedikit), shift to the left (peningkatan persentase sel darah putih imatur), shift to the left (peningkatan persentase sel darah putih matur). Perbedaan kadar perubahan jumlah sel darah putih total maupun jenis tertentu akan membantu mengarahkan diagnosis kelainan darah (keganasan, infeksi, alergi, dsb.)
4. Keping darah (Trombosit)
- Jumlah : Trombositopenia(terlalu sedikit), trombositosis (trombositosis)
- Bentuk (Morfologi) : Makrotrombosit (terlalu besar), mikrotrombosit (terlalu kecil)
Pada kasus Malaria seringkali pengamatan hanya diarahkan pada sel darah merah dan identifikasi parasit Plasmodium, namun dapat juga dilakukan penilaian terhadap sel darah putih dan keping darah untuk mencari diagnosis kelainan darah lain yang mungkin menyertai.Â
Kalau begitu, kapan sih kita sebaiknya melakukan pemeriksaan sel darah tepi pada kasus Malaria ?Â
Umumnya, baru dilakukan pada 3 kondisi berikut, yaitu :
1. Periode awal gejala muncul : Saat pasien diketahui mengalami demam dan gejala khas Malaria lainnya, seperti menggigil, nyeri otot & sendi, nyeri kepala, lemas, mual & muntah, batuk, pilek.