Lantas, mengapa isiannya terbatas pada daging sapi atau makanan laut? Soal terakhir ini sesungguhnya tidak sulit untuk dijawab.
Kuah berbahan dasar kari menunjukkan mi Aceh ini memiliki pengaruh dari India. Mi sendiri sudah tentu terkoneksi dengan sumbernya yakni masakan Tionghoa.
Begitu juga soal isian daging sapi dan seafood lantara mengedepankan kehalalal, sebagaimana Aceh yang sudah mendapat julukan sebagai Serambi Mekkah.
Pemilihan makanan laut sesungguhnya tidak hanya sekadar variasi. Tetapi menggambarkan kekayaan lautnya yang tiada tara.
Secara geografis, Aceh dikelilingi sejumlah perairan seperti Selat Malaka, Laut Andaman, dan Samudera Hindia yang kemudian membentuk cara hidup dan mata pencaharian mereka.
Jadi, dalam sepiring Mi Aceh itu sesungguhnya terkandung beragam pengaruh dan menggambarkan khazanah kekayaan wilayah yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera dan provinsi paling barat Indonesia itu.
Ketika kita menyantap semangkuk Mi Aceh, sejatinya kita sedang merayakan keberagaman. Rasa pedas, manis, dan gurih yang berasal dari rempah-rempahnya yang kaya menunjukkan kekayaan kuliner Nusantara yang patut dirayakan dan dilestarikan.
Ramah di kantong
Kembali ke Mie Aceh 46 Pamulang. Tempat ini memang terlihat sederhana meski menawarkan makanan yang luar biasa lezat.
Menu berbahan dasar mi adalah favorit. Yang bisa dikombinasikan dengan berbagai campuran bahan yang disesuaikan dengan selera. Bisa telur, daging, atau udang. Bisa juga memadukan semuanya dalam satu piring.