Poinnya, meski tidak minum air sepanjang hari, kulit harus tetap terhidrasi selama Ramadan.
Kedua, tidak menutup kemungkinan ada yang mengeluhkan kondisi kulitnya menjadi lebih buruk selama Ramadan.
Hal ini bisa dipahami lantaran ada pola makan yang berubah secara signifikan. Menikmati makanan berat sebelum matahari terbit dan setelah matahari terbenam, atau sebelum dan saat berbuka, jelas berdampak pada kulit.
Dr Shah tidak melarang untuk berbuka puasa dengan makanan yang disukai. Sah-sah saja menikmati santapan yang diinginkan sebagai kompensasi dari puasa selama berjam-jam.
Hanya saja, ia menganjurkan agar perlu kesadaran dan ketahanan diri untuk tidak menikmati makanan secara serampangan.
Ia memberi contoh. Menikmati gorengan sesungguhnya tidak berkaitan dengan kesehatan kulit. Tidak perlu risau akan timbul jerawat setelahnya. Â Ia menyebut makanan apa pun secara tak terkendali bisa berdampak buruk pada kulit.Â
Karena itu, penting mengedepankan kebijaksanaan dalam urusan makanan. Makanlah dengan bijak.
Makan saat sahur dan berbuka adalah momen istimewa. Kesempatan emas yang dinanti-nantikan. Namun, sebaiknya mengatur pola makan secara arif.
Selain menghindari makan berlebihan, baiknya berkata tidak pada hidangan berminyak, makanan cepat saji, dan produk yang mengandung gula rafinasi (gula kristal putih).
Sebab, produk-produk itu justru akan mendatangkan masalah tidak hanya pada kesehatan secara umum tetapi juga kulit.
Sebaliknya, baiklah memperbanyak protein, sayuran segar, dan kacang-kacangan dalam menu buka puasa. Bahan-bahan ini mengandung asam lemak dan antioksidan yang menjadi bahan utama untuk membantu kulit mempertahankan kesegaraannya.