Lepas masa-masa penyesuaian yang sungguh menantang ini, kulit dan organ tubuh lainnya sudah bisa memainkan peran semestinya. Kulit perlahan mulai kembali ke kondisi semula.
Itulah masa-masa ketika tubuh kembali bergerak ke jalur semula. Peradangan yang terjadi pada kulit dampak dari dehidrasi mulai membaik. Begitu juga pigmentasi kulit membaik sehingga kuliat menjadi bercahaya.
Pada titik ini muncul kesadaran dan keyakinan secara ilmiah, puasa intermiten justru mendatangkan sejumlah manfaat. Selain berdampak secara rohani, juga secara fisik, termasuk kulit.
Dr Muneeb Shah yang dikenal sebagai Derm Doctor atau lebih populer lagi Dokter Kulit TikTok menegaskan dampak positif Ramadan bagi kesehatan kulit. Ia tegas menyanggah mitos tertentu tentang perawatan kulit.
"Banyak kondisi perawatan kulit seperti psoriasis (peradangan pada kulit yang menyebabkan kulit bersisik, menebal, mudah terkelupas, dan kadang juga terasa gatal-penulis) dan jerawat semuanya merupakan kondisi peradangan, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi seperti psoriasis sebenarnya menurun selama Ramadan bagi orang yang berpuasa," tegasnya menukil bbc.com (4/4/2023)
Hidrasi
Sesungguhnya kerja ilmiah untuk mendatangkan pengaruh positif itu tidak muncul dengan sendirinya tanpa perjuangan.
Ada hal-hal yang bila tidak diperhatikan justru sangat mempengaruhi tubuh dan kulit. Mulai dari kekurangan air, gangguan tidur, hingga pola makan yang buruk selama Ramadan.
Pertama, Dr Shah tak henti-hentinya menekankan tengan hidrasi. Selama puasa kulit dengan mudah kehilangan kelembaban dan kekurangan hidrasi. Untuk itu disarankan untuk lebih banyak menggunakan produk yang menghidrasi.
Ia menyoroti mencuci muka untuk kepentingan salat lima waktu yang bisa berdampak pada kulit. Bagi sebagian orang bisa mengeringkan kulit.
"Anda harus memastikan untuk melembabkan setelah mencuci muka, karena ini sangat penting, jika tidak maka dapat mengiritasi pelindung kulit," ungkapnya memberi saran.