Kedua, tidak hanya soal Lewandowski. Tanggung jawab di balik kekalahan ini mestinya dipikul semua elemen.
Kita bisa melihat bagaimana kinerja para pemain tengah yang oleh Xavi diserahi tanggung jawab kepada Kessie, Sergio Busquets, dan Sergi Roberto. Kepada mereka juga diharapkan bisa menopang Gavi, Lewandowski, dan Raphinha.
Namun apa yang terjadi sungguh di luar harapan. Busquest bak mesin yang kehabisan bahan bakar. Situasi ini berbanding terbalik dengan kubu Madrid. Luka Modric dan Toni Kroos meski sudah tak muda lagi tetapi ikut menjadi bagian dari permainan tim yang penuh energik.
Madrid bisa mengalirkan bola dengan cepat dari kaki ke kaki. Dari kedua dirigen lapangan tengah itu menyasar apik Rodrygo, Federico Valverde, hingga ke Vini dan Benzema
Tidak berlebihan bila Madrid kemudian bisa memetik kemenangan telak. Harga yang pantas dibayar oleh performa Barca yang kurang bergairah.
Ketiga, apakah ini merupakan komposisi terbaik yang diinginkan Xavi? Tentu tidak.
Barcelona harus kehilangan Pedri, Frenkie de Jong, Ousmane Dembele, dan Andreas Christensen. Tanpa para pemain itu permainan Barca tidak sebagus yang ditunjukkan di kompetisi domestik.
Kehilangan pengatur serangan yang jenius dan pemain muda yang penuh skill sungguh mempengaruhi roda permainan Barcelona.
Meski begitu, di balik absennya beberapa pemain kunci, Barcelona sesungguhnya menunjukkan titik lemah lainnya.
Klub ini boleh saja perkasa di pentas dalam negeri. Mereka begitu digdaya dan paling difavoritkan menjadi juara LaLiga. Namun, ketika menghadapi atmosfer pertandingan besar dengan Liga Champions dan Liga Europa sebagai contoh, tim itu seperti mati kutu.
Kalau begitu, apakah mental Barcelona belum siap untuk berumah di kompetisi yang lebih kompetitif?