Tidak berlebihan menyebutnya sebagai salah satu pelatih terbaik dalam sejarah klub. Sejak ambil alih kursi pelatih dari Claude Puel pada Februari 2019, meninggalkan Celtic dengan tujuh trofi domestik, Rodgers sudah menorehkan sejarah indah.
Mereka memenangkan Piala FA pertama kali pada Mei 2021. Kemenangan dengan memperagakan sepak bola menyerang hingga membuat Chelsea bersama Thomas Tuchel harus bertekuk lutut satu gol tanpa balas di Wembley.
Finis di urutan kelima dalam dua musim beruntun. Seharusnya, mereka berada di Liga Champions.
Tidak sampai di situ. Mereka sanggup memenangkan Community Shield 2021. Hanya bersama Rodgers tim ini bisa memetik kemenangan sembilan gol tanpa balas atas sesama kontestan Liga Premier Inggris. Itu terjadi saat menggasak Southampton pada Oktober 2019.
Di kancah Eropa, meski tak sanggup berbicara banyak di level teratas yakni Liga Champions, setidaknya menginjak semifinal Liga Konderensi Eropa musim lalu sudah memberikan cerita tersendiri.
Mungkin saja, kenangan manis itu tetap tidak bisa menutupi sejumlah kenyataan buruk. Kalah memalukan 1-4 dari Nottingham Forest untuk mempertahankan Piala FA, takluk dari Tottenham Hotspur dalam 20 detik tersisa, juga pernah hanya mendapat satu poin dari tujuh laga dengan menjadi lumbung gol bagi lawan-lawannya.
Jalan ninja?
Rodgers pun tidak luput dari kritik atas strategi yang dilakukan di bursa transfer, baik dalam berbelanja maupun mengelola sumber daya yang sudah ada.
Leicester harus kehilangan kiper berpengaruh bernama Kasper Schemichel yang memilih hengkang ke Nice.
Wesley Fofana yang berkembang pesat sejak didatangkan dari St.Etienne pada Oktober 2020, namun mengalami cedera horor yang memaksanya melewatkan sebagian besar musim, kemudian dijual ke Chelsea pada tahun lalu, tepat di hari terakhir jendela transfer.