Kembali ke Leicester. Berada dalam pelukan degradasi bukan sesuatu yang diharapkan. Sebuah risiko yang harus dipikul setelah enam pertandingan tanpa kemenangan.
Tak heran para fan Si Rubah sudah berani bersuara keras. Mereka terang-terangan menggantungkan spanduk dan menyanyikan lagu meminta manajer asal Skotlandia itu segera angkat kaki. Tulisan di salah satu spanduk, "Roger Out" yang terbentang di Selhurst Park, akhirnya menjadi nyata.
Warisan Rodgers
Kekalahan dari Palace adalah kulminasi dari musim buruk Leicester. Hanya mampu meraih satu poin dari enam pertandingan terakhir. Pasca Piala Dunia, tim yang bermarkas di King Power Stadium itu hanya sanggup mengemas delapan angka. Palace menjadi salah satu tim terburuk jeda panjang itu.
Ketua Leicester, Aiyawatt Srivaddhanaprabha sesungguhnya masih belum sepenuhnya kehilangan kesabaran. Berbeda dengan para penggemar yang sepertinya tak lagi peduli dengan masa lalu sang pelatih.
Srivaddhanaprabha, yang dikenal sebagai Khun Top, masih memiliki keyakinan Rodgers bisa membawa timnya keluar dari kesulitan.
"Sudah menjadi keyakinan kami bahwa kesinambungan dan stabilitas akan menjadi kunci untuk mengoreksi arah kami, terutama mengingat pencapaian kami sebelumnya di bawah manajemen Brendan," tandas Srivaddhanaprabha dalam pernyataan menyusul akhir kerja sama dengan Rodgers, melansir dailymail.co.uk.Â
Namun, orang kaya asal Thailand itu tak bisa mengelak kenyataan buruk. Timnya seperti tidak memperlihatkan tanda-tanda baik. Apalagi sisa pertandingan musim ini makin sedikit.
"Sayangnya, peningkatan yang diinginkan belum terlihat dan, dengan 10 pertandingan tersisa musim ini, Dewan terpaksa mengambil tindakan alternatif untuk melindungi status Liga Premier kami."
Terlepas dari keputusan yang sudah dibuat, tim ini tetap patut mengiringi kepergian Rodgers dengan apresiasi. Di balik musimnya yang sial, ia sudah meninggalkan warisan berharga selama empat tahun masa kepelatihannya.