Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kemenangan Garuda atas Burundi, Awal Bagus di Masa Erick Thohir dan PR Mengejar Malaysia

26 Maret 2023   10:49 Diperbarui: 26 Maret 2023   16:57 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi para pemain Indonesia usai bobol gawang Burundi di FIFA Matchday, Minggu (25/3/2023): KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO

"Seperti skor yang berbicara, semua sudah tahu."

Demikian Shin Tae-yong, melansir bolasport.com, mengomentari hasil pertandingan Indonesia versus Burundi dalam FIFA Matchday di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (25/3/2023) malam WIB.

Pernyataan juru taktik tim Garuda ingin merangkum performa timnya. Kemenangan 3-1 atas negara yang berada di tengah benua Afrika itu dengan sendirinya menjadi jawaban.

Ya, kita memang patut mengapresiasi. Skuad yang dipimpin Asnawi Mangkualam, menggantikan Fachruddin Aryanto yang tengah dibekap cedera panjang, mencatatkan hasil positif atas tim dengan ranking FIFA lebih tinggi.

Indonesia berada di posisi 151 dunia, 10 peringkat lebih tinggi dari tim besutan Ndayiragije Etienne.

Dari sisi ini, jelas sebuah pencapaian tersendiri.  Dalam rangka menambah pundi-pundi poin demi terus mendongkrak ranking FIFA, tujuan itu tercapai.

Apakah itu sudah cukup? Tentu tidak!

Persiapan mepet

Pertama, Shin Tae-yong mengakui mereka punya waktu persiapan terbatas. Baru tiga hari sebelum hari pertandingan, timnya lengkap dengan Jordi Amat sebagai pemain terakhir yang bergabung ke pemusatan latihan.

Dengan waktu persiapan yang mepet tim ini bisa meraih hasil baik.

Bermain di kandang sendiri, Indonesia bisa mendominasi pertandingan, terutama di babak pertama.

Pelatih Indonesia asal Korea Selatan menurunkan starting line-up yang berkekuatan Syahrul Trisna di bawah mistar gawang ditopang oleh Asnawi, Elkan Baggott, Jordi Amat, Pratama Arhan, dan Rizky Ridho, lalu Marck Klok, Rachmat Irianto, dan Yakob Sayuri di lini tengah, menyokong duet Stefano Lilipaly dan Dendy Sulistyawan di lini serang.

Indonesia hanya butuh enam menit untuk memecah kebuntuan. Tandukan mematikan Yakob Sayuri menyambut umpan matang Stefano Lilipaly.

Tak berselang lama, tepatnya di menit ke-14, Dendy sukses memaksimalkan kemelut di mulut gawang lawan.

Satu menit sebelum waktu normal babak pertama usai, giliran Rizky Ridho yang mencatatkan namanya di papan skor.

Setelah jeda, pendulum permainan mulai berubah. Arahnya lebih berpihak pada Burundi.

Tak lama setelah keluar dari kamar ganti, persis di menit ke-51, Pacifique Niyongabire berhasil memaksimalkan kelengahan di barisan pertahanan Indonesia.

Gelandang berusia 23 tahun itu berhasil mengelabui Elkan dan Pratama sebelum melepaskan tembakan terarah yang tak mampu digagalkan Syahrul Trisna, penjaga gawang yang menggantikan langganan sebelumnya yakni Nadeo Argawinata yang hanya menjadi penghangat bangku cadangan sepanjang laga ini.

Gol itu melecut semangat Burundi untuk menambah intensitas serangan. Barisan belakang Indonesia rupanya belajar dari kecolongan di atas sehingga mereka lebih siap dan sigap membendung serangan Burundi. Situasi ini bertahan hingga wasit meniup peluit panjang.

Secara statistik, penampilan Indonesia lebih baik dari Burundi. Penguasaan bola 57 persen berikut jumlah "shots on target" yang lebih banyak.

Indonesia memiliki tujuh tembakan tepat sasaran dari 12 percobaan, lebih baik dari Burundi dengan lima tembakan akurat dari 13 upaya.

Hal ini menunjukkan keunggulan sisi efektivitas tim Indonesia dengan kredit tersendiri pada para pemain depan yang bisa memberikan ancaman berarti dengan kecepatan dan akurasi, terutama dari umpan-umpan silang berbahaya.

Tak berlebihan bila Shin Tae-yong kemudian menyebut timnya sudah berjuang dengan baik. "Mereka menyelesaikan pertandingan dengan bagus," tegas pelatih asal Korea Selatan itu.

Masih tertinggal dari Malaysia

Kedua, bila peringkat FIFA jadi acuan, Indonesia bisa sedikit bernapas lega karena berada di posisi yang lebih baik dari sejumlah negara Asia Tenggara.

Indonesia berada pada posisi lebih tinggi dari Myanmar (159), Singapura (160), Kamboja (177), Laos (187), Brunei Darussalam (190), apalagi Timor Leste (197).

Namun, di ASEAN, Indonesia bukanlah yang terbaik. Ada empat negara lainnya sudah meninggalkan Indonesia.

Negara serumpun, Malaysia berada pada posisi lebih baik (145). Begitu juga Filipina di lingkaran 134 dunia.

Tim nasional senior Indonesia masih harus bekerja keras untuk mengejar Thailand dan Vietnam yang kini berada di posisi 111 dan 96.

Patut diakui, kedua negara itu punya level timnas lebih tinggi yang ditandai dengan kiprah mereka yang bisa lebih bersaing kompetisi tingkat Asia.

Di Kualifikasi Piala Dunia 2024 Zona Asia, ketika Indonesia tersingkir lebih awal dengan status penghuni juru kunci, Vietnam sanggup bertahan hingga putaran ketiga yang berisi 12 tim terbaik untuk memperebutkan empat tiket ke Qatar dan dua tiket ke babak keempat untuk bersaing mendapat tempat di babak play-off antarbenua.

Harapan pada Erick Thohir

Ketiga, atas dasar itu maka kemenangan atas Burundi sebaiknya tak boleh dimaknai secara berlebihan.

Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi PSSI dan tim pelatih untuk meningkatkan kualitas tim nasional agar bisa terus meraih hasil positif di pentas internasional.

Saat ini PSSI sudah berada di tangan nahkoda baru yakni Erick Thohir. Pengusaha yang cukup paham sepak bola melanjutkan estafet kepemimpinan di induk sepak bola Indonesia dari tangan Mochamad Iriawan, sejak pertengahan Februari 2023.

Kita berharap pengalamannya berkecimpung di industri sepak bola dunia bisa memberikan pengaruh positif bagi sepak bola dalam negeri yang bermuara pada prestasi tim nasional.

Dalam waktu dekat, Indonesia masih akan diuji negara yang sama pada laga kedua yang digelar di tempat yang sama pada 28 Maret mendatang.

Apakah Indonesia sanggup menjaga konsistensi untuk memetik kemenangan? Mampukah Witan dan kolega bermain lebih baik untuk kemenangan dengan skor lebih signifikan?

Lebih jauh dari itu, apakah tim senior kita bisa meraih hasil bagus ketika diuji tim-tim yang memiliki level permainan lebih tinggi? Lantas, kapan Indonesia bisa mengejar, bahkan menyalip Malaysia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun