Bermain di kandang sendiri, Indonesia bisa mendominasi pertandingan, terutama di babak pertama.
Pelatih Indonesia asal Korea Selatan menurunkan starting line-up yang berkekuatan Syahrul Trisna di bawah mistar gawang ditopang oleh Asnawi, Elkan Baggott, Jordi Amat, Pratama Arhan, dan Rizky Ridho, lalu Marck Klok, Rachmat Irianto, dan Yakob Sayuri di lini tengah, menyokong duet Stefano Lilipaly dan Dendy Sulistyawan di lini serang.
Indonesia hanya butuh enam menit untuk memecah kebuntuan. Tandukan mematikan Yakob Sayuri menyambut umpan matang Stefano Lilipaly.
Tak berselang lama, tepatnya di menit ke-14, Dendy sukses memaksimalkan kemelut di mulut gawang lawan.
Satu menit sebelum waktu normal babak pertama usai, giliran Rizky Ridho yang mencatatkan namanya di papan skor.
Setelah jeda, pendulum permainan mulai berubah. Arahnya lebih berpihak pada Burundi.
Tak lama setelah keluar dari kamar ganti, persis di menit ke-51, Pacifique Niyongabire berhasil memaksimalkan kelengahan di barisan pertahanan Indonesia.
Gelandang berusia 23 tahun itu berhasil mengelabui Elkan dan Pratama sebelum melepaskan tembakan terarah yang tak mampu digagalkan Syahrul Trisna, penjaga gawang yang menggantikan langganan sebelumnya yakni Nadeo Argawinata yang hanya menjadi penghangat bangku cadangan sepanjang laga ini.
Gol itu melecut semangat Burundi untuk menambah intensitas serangan. Barisan belakang Indonesia rupanya belajar dari kecolongan di atas sehingga mereka lebih siap dan sigap membendung serangan Burundi. Situasi ini bertahan hingga wasit meniup peluit panjang.
Secara statistik, penampilan Indonesia lebih baik dari Burundi. Penguasaan bola 57 persen berikut jumlah "shots on target" yang lebih banyak.
Indonesia memiliki tujuh tembakan tepat sasaran dari 12 percobaan, lebih baik dari Burundi dengan lima tembakan akurat dari 13 upaya.