Sementara itu, bila secara subyektif mengalokasikan kemenangan, seri atau kekalahan untuk setiap pertandingan tersisa, lanjut Simon, kedua tim berakhir dengan 88 poin.
Tak heran, mereka menyimpulkan, perburuan gelar ini sangat sulit untuk ditentukan siapa pemenangnya.
Badai cedera
Jadwal lebih sedikit dan memiliki probabilitas lebih tinggi dari lembaga analisis, para penggemar Arsenal juga bisa berharap pada sejarah.
Mereka bisa berharap mimpi gelar pertama sejak musim 2003/2004 terpenuhi kali ini dengan bergantung pada fakta masa lalu.
Menurut Opta, hanya tiga tim di Liga Premier yang unggul delapan poin atau lebih setelah 28 pertandingan kemudian tidak memenangkan gelar.
Hanya Liverpool pada 2018/2019 sebagai satu-satunya dari 12 tim yang memiliki lebih dari 69 poin setelah 30 pertandingan pada akhirnya harus mengelus dada.
Jelas, semua itu hanyalah prediksi dan harapan. Arsenal harus berjuang agar tidak sampai terpeleset di laga-laga selanjutnya. Pertandingan kontra City pada 26 April nanti bisa saja menjadi kunci.
Badai cedera yang menerpa memang bisa ditanggapi santai oleh Mikel Arteta. Ia menyebut mereka pernah hanya mengandalkan 14 atau 15 pemain fit.
Hanya saja, atmosfer persaingan kali ini benar-benar menuntut kejelian strategi, fokus, dan mental yang kuat dari para pemain. Absennya beberapa pemain kunci dan kehilangan besar di lini pertahanan misalnya tidak bisa dianggap sepele bila tak ingin peluang di depan mata itu menguap.
Arsenal bisa belajar dari kemungkinan terkecil kegagalan dari tim yang sempat unggul delapan poin atau lebih di bulan-bulan penentuan. Dari Manchester United yang dua kali ditelikung dan Arsenal yang pernah sekali merasakan pil pahit itu.