Memang patut diakui, The Daddies yang berstatus unggulan ketiga tidak bisa memberikan perlawanan optimal kali ini. Ahsan mengalami masalah pada lutut kiri. Situasi yang sangat mengganggu penampilan terutama di set kedua. Ia sempat terduduk karena sakit yang tak tertahankan.
Meski demikian, Ahsan menolak mundur. Ia tetap bertarung hingga Fajar/Rian benar-benar menggapai poin 21.Â
Tidak sampai di situ. Babah Ahsan tak mau menodai pencapaian Fajar/Ria. Babah masih berjuang menahan sakit sampai acara seremoni penyerahan medali usai.Â
Ahsan naik ke podium dipapah Fajar/Rian. Ia tetap berusaha berdiri dengan disanggah Hendra Setiawan. Senyum tetap mengembang hingga meninggalkan arena dengan bantuan kursi roda.
Sebuah keteladanan yang ditunjukkan pasangan senior yang belum juga kehilangan taji. Semangat sportivitas yang tetap dijunjung tinggi.
Tahun sebelumnya, The Daddies juga menginjak partai penghabisan dan asa juara kandas di hadapan junior mereka, Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri.
The Daddies memang belum juga menggapai klimaks dari tujuh partai final terakhir, mulai dari Indonesia Masters 2020 sampai BWF World Tour Finals 2022.
Namun, tujuh kali menginjak final dengan menyingkirkan pasangan-pasangan yang jauh lebih muda adalah pencapaian luar biasa. Keduanya ingin menunjukkan usia sepertinya hanyalah deretan angka.
Hendra sudah berusia 38 tahun, tiga tahun lebih senior dari Ahsan. Namun, semangat dan tenaga mereka belum juga padam. Malah, mereka terus menginspirasi dengan permainan tingkat atas yang patut diacungi jempol.
Terlepas dari partai final yang mungkin tidak sesuai harapan dengan The Daddies yang tak bisa memberikan perlawanan seperti saat menjalani laga spektakuler menghadapi Liang Wei Keng/Wang Chang sehari sebelumnya, kedua pasangan sudah menjaga wajah Indonesia di tengah dominasi dua negara Asia Timur.