Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Ahsan Menolak Mundur Antar Fajar/Rian ke Podium Juara dan Dominasi Asia Timur di All England 2023

19 Maret 2023   23:03 Diperbarui: 20 Maret 2023   10:13 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fajar/Rian dan The Daddies di podium All England 2023: https://twitter.com/INABadminton

Utilita Arena Birmingham, Inggris, tempat berlangsungnya All England 2023 menjadi panggung pertunjukkan kedigdayaan tiga negara Asia. Indonesia, China, dan Korea Selatan.

Betapa tidak. Ketiga negara dengan sejarah badminton yang sudah tertanam kuat itu mendominasi partai final yang digelar pada Minggu (19/3/2023) petang hingga malam WIB.

Masing-masing negara itu menciptakan final sesama rekan senegara. Indonesia di sektor ganda putra. China menguasai tunggal putra. Sedangkan Korea Selatan memastikan gelar ganda putri.

China dan Korea Selatan pun saling berhadapan di dua nomor lainnya yakni ganda campuran dan tunggal putri.

Hasil akhirnya, baik China maupun Korea Selatan pulang masing-masing dengan dua gelar. Satu gelar di sektor ganda putra menjadi milik Indonesia.

Ahsan menolak mundur dan gelar pertama Fajar/Rian

Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berhasil menambah lemari prestasi mereka dengan medali emas All England 2023. Gelar pertama mereka di turnamen tertua di dunia yang mulai dipertandingkan tahun 1899.

Menariknya, Fajar/Rian menginjak podium tertinggi usai memenangi perang saudara menghadapi senior mereka yang menjadi finalis tahun sebelumnya, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.

Fajar/Rian membuktikan predikat mereka sebagai unggulan pertama. Trofi All England yang menandai "bulan madu" sebagai pemuncak ganda putra dunia.

Fajar/Rian raih dengan kemenangan dua gim 21-17 dan 21-14 atas "bestie" yang mengalahkan mereka di perjumpaan sebelumnya di semifinal Kejuaraan Dunia 2022 sehingga membuat Fajar/Rian tertinggal 2-3 dalam skor pertemuan.

Memang patut diakui, The Daddies yang berstatus unggulan ketiga tidak bisa memberikan perlawanan optimal kali ini. Ahsan mengalami masalah pada lutut kiri. Situasi yang sangat mengganggu penampilan terutama di set kedua. Ia sempat terduduk karena sakit yang tak tertahankan.

Meski demikian, Ahsan menolak mundur. Ia tetap bertarung hingga Fajar/Rian benar-benar menggapai poin 21. 

Meski sakit, Ahsan tetap berjuang menuntaskan pertandingan: https://twitter.com/stephaniezen
Meski sakit, Ahsan tetap berjuang menuntaskan pertandingan: https://twitter.com/stephaniezen

Tidak sampai di situ. Babah Ahsan tak mau menodai pencapaian Fajar/Ria. Babah masih berjuang menahan sakit sampai acara seremoni penyerahan medali usai. 

Ahsan naik ke podium dipapah Fajar/Rian. Ia tetap berusaha berdiri dengan disanggah Hendra Setiawan. Senyum tetap mengembang hingga meninggalkan arena dengan bantuan kursi roda.

Sebuah keteladanan yang ditunjukkan pasangan senior yang belum juga kehilangan taji. Semangat sportivitas yang tetap dijunjung tinggi.

Tahun sebelumnya, The Daddies juga menginjak partai penghabisan dan asa juara kandas di hadapan junior mereka, Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri.

The Daddies memang belum juga menggapai klimaks dari tujuh partai final terakhir, mulai dari Indonesia Masters 2020 sampai BWF World Tour Finals 2022.

Namun, tujuh kali menginjak final dengan menyingkirkan pasangan-pasangan yang jauh lebih muda adalah pencapaian luar biasa. Keduanya ingin menunjukkan usia sepertinya hanyalah deretan angka.

Hendra sudah berusia 38 tahun, tiga tahun lebih senior dari Ahsan. Namun, semangat dan tenaga mereka belum juga padam. Malah, mereka terus menginspirasi dengan permainan tingkat atas yang patut diacungi jempol.

Terlepas dari partai final yang mungkin tidak sesuai harapan dengan The Daddies yang tak bisa memberikan perlawanan seperti saat menjalani laga spektakuler menghadapi Liang Wei Keng/Wang Chang sehari sebelumnya, kedua pasangan sudah menjaga wajah Indonesia di tengah dominasi dua negara Asia Timur.

Ini kedua kalinya, terjadi secara beruntun, sektor ganda putra menguasai pentas All England. "Back-to-back all Indonesian Men's double final" yang membuat tradisi juara Indonesia sejak 2016 bisa tetap dipertahankan.

Sejak Praveen Jordan/Debby Susanto pada 2016, The Minions pada 2017 dan 2018, Hendra/Ahsan setahun berselang, disusul Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti tahun 2020, hingga Bagas/Fikri tahun lalu, Indonesia bisa pulang dengan satu gelar.

Sejarah baru Korea Selatan

Tentu tidak disangka-sangka, sektor ganda putri dikuasai Korea Selatan. China dan Jepang yang menempatkan wakil-wakilnya dalam daftar unggulan teratas justru kalah bersaing.

Pertemuan Kim So Yeong/Kong Hee Yong versus Baek Ha Na/Lee So Hee di laga pemungkas kali ini bisa dibilang menandai era kebangkitan ganda putri Negeri Ginseng.

Sebelumnya, "all Korean final" ganda putri All England terjadi nyaris tiga dekade silam, tepatnya pada 1994.

Kim/Kong yang menjadi unggulan keenam akhirnya keluar sebagai juara dengan kemenangan telak straight set, 21-5 dan 21-12.

Rupanya, Baek/Lee tampil antiklimaks, tidak seperti saat menghentikan ganda putri terbaik Indonesia yang dijagokan di tempat kedelapan, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti di babak delapan besar.

Sementara penampilan sang juara begitu konsisten. Pasangan senior ini bermain apik sejak pertandingan pertama, berlanjut dengan membungkam unggulan teratas dari China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan di babak delapan besar, hingga menggapai klimaks dengan kemenangan relatif mudah menghadapi kompatriot yang justru telah memberi mereka dua kekalahan sebelumnya.

Korea Selatan menambah satu gelar lagi dari tunggal putri. Kemenangan An Se Young atas Chen Yu Fei malah menorehkan sejarah tersendiri.

An Se Young menjadi tunggal putri Korea Selatan pertama yang menjuarai All England sejak era Superseries. Ia menjadi yang pertama dari Korea Selatan yang berjaya di podium juara All England sejak Bang Soo Hyun pada 1996 silam.

Memang patut diakui pemain 21 tahun ini menunjukkan peningkatan performa begitu pesat. Dalam usia yang cukup muda ia sudah menembus jajaran elite dunia.

Tahun ini saja ia sudah menggapai final di lima turnamen, dengan tiga gelar berhasil diraih yakni India Open BWF World Tour Super 750, Indonesia Masters BWF World Tour Super 500, dan All England yang berlevel World Tour Super 1000.

Dua turnamen lainnya yakni German Open World Tour Super 300 dan turnamen pembuka Malaysia Open World Tour Super 1000, ia finis sebagai runner-up.

An Se Young yang adalah unggulan kedua di turnamen ini mampu menunjukkan superioritasnya atas pemain China yang sesungguhnya memiliki jam terbang lebih tinggi, termasuk dalam skor head to head.

Chen Yu Fei unggul 8-2 dalam skor pertemuna. Pertemuan terakhir terjadi di semifinal Malaysia Open dengan kemenangan menjadi milik An Se Young, 21-12, 19-21, dan 21-9.

Rupanya An Se Young sanggup menjaga catatan positif itu. Kemenangan rubber game 17-21, 21-10, dan 19-21 atas mantan nomor satu dunia yang kini melorot ke ranking empat BWF menunjukkan dirinya siap menggusur Akane Yamaguchi di puncak dunia.

Dominasi ganda campuran dan tunggal putra China

Itulah yang terjadi di panggung akbar turnamen berhadiah total USD 1,25 juta atau sekitar Rp 16 miliar.

Zheng Siwei/Huang Yaqiong benar-benar menunjukkan status mereka sebagai unggulan teratas. Namun, tidak mudah bagi pasangan ini untuk meraih gelar All England kedua.

Sebab, Seo Seung Jae/Chae Yu Jung dari Korea Selatan memberikan perlawanan berarti. Setidaknya mampu memaksa pertandingan berlangsung hingga set ketiga, sama seperti pertemuan sebelumnya di semifinal Indonesia Masters 2022.

Zheng/Huang akhirnya menyudahi perlawanan pasangan non-unggulan itu 21-16, 16-21, dan 21-12, serentak menjaga catatan impresif di hadapan Seo/Chae yakni sapu bersih delapan pertemuan sejak pertemuan pertama di partai final French Open 2018.

Meski demikian, bagi Seo/Chae pencapaian ini tetap berarti. Pasangan yang kini menempati ranking 9 dunia bisa melewati rintangan sejak babak 32 besar, termasuk menghentikan jagoan Thailand yang menjadi unggulan ketiga, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai di perempat final.

Tunggal putra mempertemukan pemain senior dan junior, Li Shi Feng kontra Shi Yu Qi. Bagi Shi final ini menandai kembalinya setelah melewati periode sulit.

Shi yang pernah berada di papan atas tunggal putra sempat terlempar jauh. Namun, pemain 27 tahun yang pernah bercokol di ranking dua BWF, terus berjuang.

Sembilan bulan menjalani penangguhan membuatnya kehilangan begitu banyak poin. Namun, ia bisa kembali ke jalur positif dengan menyingkirkan sejumlah pemain yang lebih diunggulkan untuk menggapai final All England.

Sebelum mencicipi podium, Shi berhasil melewati rintangan unggulan keempat dari Malaysia yang pernah menjadi juara All England 2021 yakni Lee Zii Jia di babak semifinal.

Shi yang kini berada di posisi 12 dunia dipastikan akan menggapai top 10 pekan berikutnya walau gagal menandai "comeback" dengan gelar juara. 

Apresiasi patut dialamatkan kepada sang pemenang. Li Shi Feng menutup partai final dengan kemenangan 26-24 dan 21-5. Perjalanan pemain kelahiran Nanchang 23 tahun lalu yang berada dua anak tangga ranking BWF di belakang seniornya itu ke podium juara sungguh memukau.

Ia menggapai final dengan membungkam Ng Tze Yong dan Anders Antonsen. Anders adalah "pembunuh" Anthony Ginting di perempat final.

Sedangkan Ng Tze, pemain 22 tahun dari Malaysia ranking 28 BWF sukses membungkam "monster" dari Denmark yang menjadi unggulan pertama, Viktor Axelsen di babak 16 besar.

Selamat kepada para pemenang!

Hasil pertandingan final All England 2023, Minggu (19/3/2023): tournamentsoftware.com
Hasil pertandingan final All England 2023, Minggu (19/3/2023): tournamentsoftware.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun