Memang patut diakui pemain 21 tahun ini menunjukkan peningkatan performa begitu pesat. Dalam usia yang cukup muda ia sudah menembus jajaran elite dunia.
Tahun ini saja ia sudah menggapai final di lima turnamen, dengan tiga gelar berhasil diraih yakni India Open BWF World Tour Super 750, Indonesia Masters BWF World Tour Super 500, dan All England yang berlevel World Tour Super 1000.
Dua turnamen lainnya yakni German Open World Tour Super 300 dan turnamen pembuka Malaysia Open World Tour Super 1000, ia finis sebagai runner-up.
An Se Young yang adalah unggulan kedua di turnamen ini mampu menunjukkan superioritasnya atas pemain China yang sesungguhnya memiliki jam terbang lebih tinggi, termasuk dalam skor head to head.
Chen Yu Fei unggul 8-2 dalam skor pertemuna. Pertemuan terakhir terjadi di semifinal Malaysia Open dengan kemenangan menjadi milik An Se Young, 21-12, 19-21, dan 21-9.
Rupanya An Se Young sanggup menjaga catatan positif itu. Kemenangan rubber game 17-21, 21-10, dan 19-21 atas mantan nomor satu dunia yang kini melorot ke ranking empat BWF menunjukkan dirinya siap menggusur Akane Yamaguchi di puncak dunia.
Dominasi ganda campuran dan tunggal putra China
Itulah yang terjadi di panggung akbar turnamen berhadiah total USD 1,25 juta atau sekitar Rp 16 miliar.
Zheng Siwei/Huang Yaqiong benar-benar menunjukkan status mereka sebagai unggulan teratas. Namun, tidak mudah bagi pasangan ini untuk meraih gelar All England kedua.
Sebab, Seo Seung Jae/Chae Yu Jung dari Korea Selatan memberikan perlawanan berarti. Setidaknya mampu memaksa pertandingan berlangsung hingga set ketiga, sama seperti pertemuan sebelumnya di semifinal Indonesia Masters 2022.
Zheng/Huang akhirnya menyudahi perlawanan pasangan non-unggulan itu 21-16, 16-21, dan 21-12, serentak menjaga catatan impresif di hadapan Seo/Chae yakni sapu bersih delapan pertemuan sejak pertemuan pertama di partai final French Open 2018.