Momen itu sesungguhnya menjadi titik penting bagi PSG untuk merebut momentum demi mengguratkan cerita "comeback" yang manis. Sayangnya, penyelesaian Vitinha begitu lemah. Kesempatan emas pun menguap sia-sia. Apakah ini soal mental?
Begitu juga Leon Goretzka dan Joshua Kimmich tidak memberikan ruang bagi para gelandang PSG untuk berkreasi. Muller, Jamal Musiala, hingga Choupo-Moting dengan jitu mencari ruang untuk melukai PSG.
Sebaliknya, justru para pemain tengah PSG terlihat tak bisa menguasai keadaan dengan kesalahan besar Verratti yang harus dibayar mahal.
Kemudian, perubahan yang dilakukan Julian Nagelsmann terbukti jitu. Pergantian dengan memasukan Gnabry, Mane, Cancelo, hingga Sane mampu memberikan dampak. Meski untuk itu Nagelsmann harus mengorbankan Muller dan Jamal Musiala.
Sekali lagi, kehadiran Cancelo yang berstatus pinjaman langsung berdampak. Ia membantu Gnabry yang baru masuk tiga menit sebelumnya mencetak gol pemungkas.
Masa depan proyek PSG
Sudah lebih dari 10 kali mencoba dengan hasil miris yakni lima dari tujuh musim terakhir harus angkat koper di babak 16 besar.
Pencapaian terbaik adalah perempat final dari empat musim pertama ketika klub itu berada di tangan pemilik baru.
Dana miliaran paun sudah digelontorkan pemilik baru sejak 2012 dengan hasilnya adalah delapan gelar Ligue 1 dan 12 piala domestik.
Begitu juga kinerja Galtier belum sesuai ekspektasi. Hasil dari menggabungkan Messi, Neymar, dan Mbappe dalam satu tim tidak  seperti membalikkan telapak tangan.
Mantan playmaker Chelsea, Joe Cole, melansir bbc.com, lugas mengatakan proyek PSG dirancang untuk menguasai Eropa. Namun, kini terlihat jauh panggang dari api.