Lebanon pun tidak lebih istimewa dari dua negara Asia Barat sebelumnya. Sekali lagi, ketiga negara itu tidak lebih dari penggembira di panggung ini.
Entah alasan apa dan bagaimana bisa mereka ambil bagian untuk bertarung dengan para raksasa lainnya, kehadiran mereka malah lebih sebagai pelengkap penderita. Para pemainnya memanfaatkan kesempatan ini untuk bertemu dengan para idola mereka.
Menghadapi Lebanon, tim Indonesia menurunkan formasi seperti saat pertandingan kedua dengan hanya perubahan pada sektor tunggal putri.
Putri KW mengisi tempat Jorji yang bermain pada malam sebelumnya. Selebihnya, Rinov/Pitha, Choco, Lanny/Ribka, dan Pram/Yere mengisi "line-up" Merah-Putih.
Rinov/Pitha menang 21-7 dan 21-6 atas Mohamed Muanis/Reya Fathima dalam waktu 16 menit. Mohamed Muanis juga bermain di partai terakhir bersama Adnan Ebrahim. Hasilnya, pun tak jauh berbeda. Keduanya takluk dari Pram/Yere, 21-3 dan 21-10.
Sementara Adnan Ebrahim tampil di partai ketiga menghadapi Chico Aura. Skor 21-5 dan 21-9 mewarnai pertarungan 20 menit ini.
Lizbeth Elsa Binu juga bermain rangkap. Setelah ditekuk Putri KW, 21-7 dan 21-3, bersama Reya Fathima digasak Lanny/Ribka, 21-5 dan 21-8.
Memang di satu sisi, para pemain Indonesia seperti menghadapi partai hiburan. Laga-laga yang lebih diwarnai rasa belas kasihan ketimbang bermain serius menghadapi lawan dengan kualitas setara.
Namun, itulah kenyataan yang tak bisa dibuat-buat. Para pemain dari ketiga negara itu tentu sudah berjuang maksimal. Potret nyata kekuatan bulu tangkis Timur Tengah yang masih jauh tertinggal dari negara-negara Asia lainnya.
Di sisi lain, pertandingan yang sungguh tak asyik ditonton itu menjadi kesempatan bagi para pemain Indonesia untuk beradaptasi dengan kondisi lapangan, kok, dan arah angin.
Mereka menjalani pemanasan untuk menghadapi ujian sesungguhnya di laga terakhir menghadapi Thailand, Kamis (16/2/2023).