Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Momota Terhempas dan Ginting Melesat ke Ranking 2 Dunia, Akankah Berujung Gelar di Istora?

25 Januari 2023   23:37 Diperbarui: 26 Januari 2023   04:20 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jojo dan Ginting di jalur yang sama, berpeluang saling jegal di semifinal Indonesia Masters 2023: tournamentsoftware.com

"Tidak mudah untuk kembali ke puncak. Jadi, mudah-mudahan dia bisa kembali secepatnya karena pertandingan antara saya dan dia selalu seru." (Anthony Ginting)

Ada momen mengharukan di hari kedua Indonesia Masters 2023. Lapangan satu Istora Senayan, Jakarta (25/1/2023) menjadi saksi pertemuan dua mantan juara yakni Kento Momota dan Shi Yu Qi.

Shi merupakan jawara tahun 2016 di era Grand Prix Gold setelah rekan senegara, Huang Yuxiang menarik diri di gim kedua dalam kedudukan, 21-12 dan 11-0.

Sementara Momota adalah jawara edisi 2021 saat dunia sedang digempur pandemi Covid-19. Banyak turnamen badminton dibatalkan, Bali menjadi tuan rumah persis saat turnamen ini naik dari level Super 500 menjadi Super 750.

Momota begitu digdaya. Tommy Sugiarto, Lakhsya Sen, Rasmus Gemke, Chou Tien-chen hingga Anders Antonsen yang berturut-turut menjadi lawan sejak babak pertama tak kuasa membendungnya. Jangankan menjegalnya, tak satu pun dari pemain itu mampu memaksanya berduel hingga tiga gim.

Antonsen yang sedang naik daun dan selalu menang straight set pun angkat tangan. Ia dilibas sang juara, 21-17 dan 21-11.

Sayangnya, semua itu tinggal kenangan. Kejayaan masa lalu sudah menjadi sejarah.

Nasib keduanya sedang tidak menentu. Mereka tengah berjuang keluar dari kemelut yang membelit mereka belakangan ini. Betapa keras perjuangan yang mereka hadapi untuk setidaknya kembali ke 15 besar dunia.

Kento Momota dan Shi Yu Qi yang pernah menguasai puncak dunia, berada di urutan pertama dan kedua dan selalu bersaing dalam berbagai pertandingan penting termasuk final Kejuaraan Dunia 2018, kini tertatih-tatih dari posisi 19 dan 27 BWF.

Pada edisi kali ini, Shi Yu Qi sebenarnya harus bermain dari babak kualifikasi. Mundurnya Rasmus Gemke yang mengalami cedera horor di perempat final India Open 2023 pekan sebelumnya memberinya karpet merah ke babak utama.

Titik Terendah

Itulah yang terjadi pada Momota. Dengan tanpa mengurangi simpati pada Shi Yu Qi, Momota memang tengah terhempas dalam tubir kekelaman.

Para penggemarnya tidak bisa tidak ikut terpukul. Dengan wajah nanar memandang sang idola yang kehilangan hampir semua kualitas terbaiknya.

Menghadapi rival lamanya, Shi Yu Qi, Momota kalah straight set dengan skor telak, 21-18 dan 21-7. Hasil yang sungguh tidak diharapkan di pertemuan kesembilan mereka yang membuat Shi Yu Qi kini mendekat 4-5 dalam skor "head to head."

Sedih memang melihat performa Momota yang duelnya menghadapi Anthony Ginting selalu dinanti. Tidak ada lagi cerita MomoGi.

Saat di periode emas, Momota hampir selalu menjadi "sobat weekend"-meminjam istilah netizen Indonesia, seperti Viktor Axelsen saat ini. Kini, nasibnya berbanding terbalik.

Ia selalu kalah di babak-babak awal, dengan babak 16 besar menjadi pencapaian terbaik. Predikatnya kini adalah "early exit." Tersingkir secara memilukan dengan angka-angka telak.

Pekan sebelumnya di New Delhi, ia dipermalukan Gemke 15-21 dan 11-21. "Back-to-back" kalah di laga pertama dengan skor mencolok.

Entah apa sesungguhnya yang sedang terjadi pada pemain 28 tahun itu. Satu hal yang bisa diduga, Momota sedang kehilangan kepercayaan diri. Ada masalah psikologis pelik yang entah kapan bisa terselesaikan, meski ia terbilang masih berada di usia emas.

Harapan pada Ginting

Simpati pada Momota datang dari banyak pihak. Tidak terkecuali mereka yang pernah memberinya perlawanan berarti. Ginting salah satunya.

Ginting belum lama ini, melansir situs resmi BWF, mengungkapkan rasa rindu pada Momota. Ia seperti mendambakan momen-momen manis dan dramatis sebelumnya ketika mereka bisa beradu kecepatan, pukulan, akurasi, dan daya tahan. Saat mereka mampu menghipnotis para penonton.

Ginting sadar apa yang dialami Momota bukan sesuatu yang asing bagi para atlet. Ginting pun pernah berada dalam situasi tersebut.

"Saya pernah di sana, mungkin tahun lalu, di awal tahun," demikian Ginting mengingat kembali periode kelam dalam kariernya.

Sepengalaman Ginting, sungguh tidak mudah untuk keluar dari masa-masa sulit dan kembali ke level terbaik.

Ginting mungkin beruntung bisa cepat berbalik arah. Apalagi kini namanya sudah berada di urutan kedua ranking BWF, tepat di belakang sang "monster" Axelsen.

Syarat minimal perempat final pada dua turnamen awal BWF World Tour bisa ia penuhi. Pemain kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu tembus ke babak perempat final turnamen pembuka bertajuk Malaysia Open BWF World Tour Super 1000.

Lalu, ia menggapai satu tangga lebih tinggi sepekan berselang di India sebelum dihentikan oleh Kunlavut Vitidsarn, sang juara yang membuat kejutan dengan menumbangkan Axelsen di partai final.

Memang jarak poin-yang jelas merefleksikan pencapaian-antara Ginting dan Axelsen terpaut jauh. Ginting mengumpulkan 77.579 poin sementara Axelsen 114.156 poin.

Namun, menempati posisi kedua sudah lebih dari cukup mengakhiri 12 tahun penantian pemain tunggal putra Merah-Putih selepas Taufik Hidayat pada 2011 silam. Malah, Ginting kini ditempel ketat sahabat sepelatnas, Jonatan Christie dengan selisih tak lebih dari 150 poin. Sangat tipis!

Tentu, ekspektasi pada Ginting dan Jojo makin tinggi seiring ranking dunia yang makin memuncak. Apalagi bermain di kandang sendiri dengan tanpa kehadiran finalis India Open 2023.

Seharusnya, kans keduanya untuk kembali menempatkan diri di barisan pemenang edisi kali ini, terbuka lebar. Ginting sudah pernah berada di sana, tiga tahun silam, dengan menumbangkan Antonsen di partai pemungkas.

Ginting dan Jojo sudah menorehkan awal manis. Debut Ginting sebagai nomor dua dunia ditandai dengan kemenangan telak atas Lee Cheuk Yiu, 21-10 dan 21-12.

Jojo pun sama. Pemain kelahiran Jakarta itu sempat dikejutkan oleh Nhat Nguyen di gim pembuka, sebelum berbalik mengunci kemenangan, 21-23, 21-11, dan 21-6.

Ginting khususnya tampil prima. Ia tampil begitu meyakinkan nyaris dalam semua aspek. Hanya saja, level pemain Hong Kong yang pernah sekali mengalahkannya di 16 besar Thailand Open 2021, masih belum sebanding. Dengan kata lain, Lee bukan lawan sepadan.

Ujian Ginting baru terasa saat menghadapi Shi Yu Qi, Kamis (26/1/2023). Shi Yu Qi yang menggagalkan skenario duel MomoGi tetaplah lawan yang patut diperhitungkan. Bisa saja, Indonesia Masters 2023 menjadi salah satu titik balik yang sedang ia cari.

Ditambah lagi, catatan pertemuan masih berpihak pada Shi Yu Qi yang menang enam kali dari tujuh pertemuan. Ginting baru sekali menang. Untungnya, itu terjadi tahun lalu di babak 16 besar Kejuaraan Dunia melalui pertarungan rubber game, 21-11, 13-21 dan 21-18.

Bila mampu mengulangi hasil positif atas Shi, perjalanan Ginting untuk mewujudkan harapan besar tuan rumah bakal diuji oleh Lu Guang Zu atau Toma Junior Popov di babak perempat final.

Ginting, unggulan lima berada di "pool" atas. Undian yang sungguh tidak berpihak pada tim Indonesia.

Sebab, di bagan yang sama ada unggulan keempat yakni Jojo. Jojo akan terlibat "perang saudara" menghadapi Shesar Hiren Rhustavito untuk mendapatkan tiket menghadapi unggulan tujuh dari India, Lakhsya Sen atau Ng Teze Young dari Malaysia dalam perebutan tiket semifinal.

Jojo dan Ginting di jalur yang sama, berpeluang saling jegal di semifinal Indonesia Masters 2023: tournamentsoftware.com
Jojo dan Ginting di jalur yang sama, berpeluang saling jegal di semifinal Indonesia Masters 2023: tournamentsoftware.com

Selanjutnya, bila semesta berkehendak, Ginting versus Jojo untuk satu tempat di partai penghabisan. Cerita yang memang tidak mengenakkan tetapi tetap patut disyukuri lantaran salah satunya akan menghadapi satu dari sejumlah calon lawan potensial seperti Lee Zii Jia (unggulan 2/Malaysia), Loh Kean Yew (unggulan 3/Singapura), Kenta Nishimoto (Jepang), Anders Antonsen (Denmark), dan Kanta Tsuneyama (Jepang).

Sebenarnya, keduanya punya peluang memberikan sajian yang memuaskan dan berakhir indah. Tantangan terberat sesungguhnya bukan datang dari luar. Melainkan dari diri sendiri. Sejauh mana mereka menjaga konsistensi dan menekan "penyakit" lama agar tak sampai kambuh. Itu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun