Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan di kedua sayap. Asnawi bekerja sangat keras di leg pertama. Ia layak diganjar predikat man of the match.
Marc Klok dan Rachmat Irianto sungguh vital di lini tengah. Kombinasi pemain naturalisasi dan bakat-bakat lokal lainnya seperti Yakob Sayuri, Marselino Ferdinan, Dendy Sulistyawan, dan masih banyak lagi. Belum lagi Saddil Ramdani dan Egy Maulana Vikri.
Shin Tae-yong bisa berkreasi dengan sumber daya pemain yang ada. Racikan strateginya diharapkan bisa berjalan sesuai rencana dengan dukungan motivasi dan semangat dari para pemain.
Hanya saja, tetap bertahan dengan gaya bermain dan strategi yang sama bisa mendatangkan kerugian. Sebab, Park Hang-seo akan semakin merasa diuntungkan. Senyum sinisnya akan tersungging lebar.
Kita perlu efek kejut Shin Tae-yong agar membuat armada lawan kewalahan. Mereka akan kelimpungan mengantisipasi.
Sengatan ini tidak harus dengan membuat eksperimen baru dalam susunan pemain. Dengan materi pemain yang sama, dengan formasi pilihan yang dianggap terkuat dan terbaik, namun memainkan pendekatan berbeda.
Sebagai contoh, memaksimalkan kelemahan Vietnam dalam bola-bola atas. Tim ini tidak terlalu tangguh dalam duel udara. Kehadiran Ilija Spasojevic bisa diandalkan untuk mengeksploitasi Vietnam dari udara.
Ditambah lagi, umpan-umpan silang dari sisi kiri dan kanan dengan  kecepatan para pemain sayap dengan skill mumpuni akan membuat Indonesia bisa mendapat ruang untuk mengukir peluang dan mencetak gol.
Akhirnya, Shin Tae-yong paling paham akan apa yang akan dilakukan. Kita sebagai pendukung sesungguhnya hanya berharap hasil terbaik dari perjuangan sekuat-kuatnya dan sehormat-hormatnya di lapangan pertandingan nanti.
Berjuang demi harga diri bangsa agar penantian panjang menjadi juara ASEAN bisa segera berakhir. Hanya dengan itu, Shin Tae-yong bisa ikut membungkam mulut besar Park Hang-seo.
Selamat bertarung!