Sekaligus menempatkan Wales dalam bahaya, gagal menorehkan hasil positif pada "comeback" ke Piala Dunia setelah menanti 64 tahun lamanya.
Hasil negatif kali ini tidak lepas dari kartu merah yang diterima sang kiper Wayne Hennessey di menit ke-86. Iran pun sukses memanfaatkan situasi itu untuk menorehkan hari yang indah bagi sepak bola mereka.
Queiroz menyebut mereka sudah "kembali ke sepak bola."
"Saya tidak punya kata-kata untuk mengucapkan terima kasih kepada para pemain. Mereka brilian, mereka pantas mendapatkan semua perhatian dan rasa hormat."
Kemenangan tersebut mengirim pesan jelas. Iran menegaskan kebangkitan sepak bola Asia, terinspirasi dari kemenangan Arab Saudi dan Jepang. Mereka tidak lagi berada dalam bayang-bayang kebesaran Eropa dan Amerika Latin.
Iran yang pertama kali mengalahkan tim Eropa di Piala Dunia di ambang lolos ke fase gugur, pertama kali dalam sejarah keikutsertaan mereka di ajang akbar itu.
Bila Amerika Serikat takluk dari Inggris di laga kedua dan Iran mampu mencuri poin saat meladeni tim yang disebutkan pertama di laga pamungkas grup pada 30/11/2022 nanti, maka sejarah baru itu benar-benar terjadi.
Selain itu, mengutip kembali Queiroz, "Para pemain kami layak untuk didukung. Kami melakukannya untuk mereka, kami melakukannya untuk mereka. Itulah satu-satunya alasan kami di sini, untuk bermain untuk mereka. Penggemar."
Ya, para pemain Iran tengah mencari jalan keluar dari kemelut sosial-politik di negaranya. Mereka tengah memainkan pertandingan pembebasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H