Berbanding terbalik dengan Bayern, Barca justru tampil kurang memuaskan. Empat poin dari lima laga buntut dari serangkaian kegagalan.
Gagal memanfaatkan peluang di kandang Bayern, terpeleset di kandang Inter dengan keputusan wasit menjadi buah bibir utama, hingga kesalahan individual yang begitu kentara saat diimbangi Inter di Camp Nou.
Inkonsistensi yang masih terlihat jelas, termasuk ketika dipermalukan Real Madrid di El Clasico belum lama ini.
Penampilan sektor pertahanan yang memprihatinkan yang membuat Mane dan Choupo-Moting bisa melakukan penetrasi dengan mudah menuju area pertahanan.
Sebaliknya, permainan Barca sama sekali tidak menggigit. Â Tim tamu tidak diperkuat beberapa pemain kunci seperti Manuel Neuer, Lucas Hernandez dan Leroy Sane.
Sven Ulreich tidak bekerja sekeras Ter Stegen. Operan, tendangan, dan upaya-upaya yang seharusnya terlihat dari tim sekelas Barca seperti hilang di balik bayang-bayang Bayern.
Ketiga, entah apa isi hati Xavi, para pemain, dan penggemar setia saat ini, sesuatu yang bisa dikatakan dengan jelas adalah betapa level permainan Barca masih belum mendekati Bayern.
Bayern adalah patok banding yang ingin dikejar Xavi. Belum mampu memutus enam kekalahan beruntun sejak 2015 dan termasuk kekalahan telak 2-8 dan mengulangi kebobolan 0-3 seperti pada pertemuan sebelumnya adalah bukti belum siap bersaing di level atas.
Dari Bayern, Barca berkaca untuk terus berbenah.
Keempat, hasil minor ini memang melukai, tetapi bukan akhir segalanya. Musi mini masih cukup panjang. Masih ada harapan untuk meraih gelar baik dari LaLiga maupun Liga Eruopa yang sudah seperti taman bermain baru.
Saatnya mengalihkan fokus ke sana. Mengumpulkan kembali kepercayaan diri yang terkoyak untuk terus menjaga persaingan dengan Madrid yang kini terpaut tiga angka dari 11 laga yang sudah dijalani.