Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Beda Nasib Chelsea dan Juventus: The Blues Melaju di Tangan Potter dan Bianconeri Tersingkir

26 Oktober 2022   09:08 Diperbarui: 26 Oktober 2022   16:15 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi sedih para pemain Juventus usai gawangnya dibobol Benfica di matchday 5 Liga Champions. (AFP/PATRICIA DE MELO MOREIRA via Kompas.com)

Matchday kelima fase grup Liga Champions 2022/2023 yang dimulai Selasa (25/10/2022) malam WIB sudah menentukan nasib para kontestan. Dua tim unggulan, Chelsea dan Juventus harus mengalami nasib berbeda.

Yang pertama dipastikan lolos ke babak 16 besar. Sementara tim yang disebutkan kedua harus menerima nasib terpental dari panggung elite.

Chelsea meraih kemenangan penting di Red Bull Arena. Menggasak tuan rumah Red Bull Salzburg 2-1 lebih dari cukup mengamankan posisi The Blues di puncak Grup E dan menjadi tim kedua asal Inggris setelah Manchester City yang akan bersaing di fase "knock out."

Sepasang gol tim tamu dicetak oleh Mateo Kovacic (menit 23) dan Kai Haverts (menit 64). Adamu sempat membuat skor sama kuat di awal babak kedua.

Sayangnya, gol di menit 48 itu tidak cukup menjadi pembeda dan menghindarkan penguasa liga Austria itu dari rekor 40 pertandingan kandang tak terkalahkan.

Chelsea sepenuhnya mendominasi laga. Armada Graham Potter mencatatkan penguasaan bola 71 persen, berbanding 29 persen milik tuan rumah.

Hanya saja, dari sisi efektivitas, kedua tim tidak berbeda jauh. Chelsea mengukir 11 tendangan tepat sasaran dari 15 kali percobaan. Berbeda tipis dengan Salzburg yang dari 16 "shots" tujuh di antaranya berstatus "on target."

Beberapa pemain kunci, terutama di barisan pertahanan, belum bisa dimainkan. Gelandang Prancis N'Golo Kante, juga kompatriot Kante yang berposisi sebagai bek, Wesley Fofana.

Selain itu, bek Inggris Reece James dan Kalidou Koulibaly asal Senegal pun masih menepi.  

Absennya beberapa pemain inti ternyata tidak terlalu mempengaruhi performa tim. Chelsea tampil superior terutama di paruh pertama. Tendangan kaki kiri Kovacic, pemain kelahiran Austria, dari luar kotak penalti, menjadi penanda yang manis.

Usai pertandingan, Kovacic mengaku senang bisa mencetak gol di tempat kelahirannya, meski itu berarti memberikan kesedihan bagi banyak orang terdekatnya.  Ia tampil di hadapan orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman-teman.

Kovacic kemudian mengalami masalah betis sehingga harus ditarik keluar. Ia digantikan oleh Ruben Loftus Cheek sejak menit 68.

Penampilan beberapa pemain Salzburg patut diberi kredit. Selain Junior Adamu yang sempat menyamakan kedudukan, Philipp Kohn tak bisa diabaikan.

Sang penjaga gawang melakukan sejumlah penyelamatan spektakuler. Ia menggagalkan empat peluang meas Pierre-Emerick Aubameyang.

Kubu Chelsea kemudian melakukan beberapa upaya mulai dari mencetak gol kemenangan melalui sepakan indah Havertz hingga penyelamatan krusial Thiago Silva untuk peluang Strahinja Pavlovic.

Kemenangan ini memberi Chelsea poin sempurna. Si Biru mengemas 10 poin, unggul tiga angka di depan AC Milan. Satu laga sisa menjadi kesempatan Milan dan Salzburg berebut tiket terakhir untuk mendampingi Chelsea.

Catatan ini membuktikan tren positif Chelsea di bawah asuhan Potter. Sejak mengambil alih tanggung jawab dari Thomas Tuchel, Potter sukses menjaga catatan tak terkalahkan.

Sejak dipermalukan Dinamo Zagreb di Kroasia pada awal September yang menandai awal buruk Chelsea di Liga Champions musim ini dan berujung pemecatatan Tuchel, Potter berhasil memberikan reaksi positif. Tiga kemenangan dan sekali imbang, dan secara keseluruhan tak pernah kalah dalam sembilan laga yang ia pimpin.

Rupanya kekalahan di laga pembuka itu, sungguh melecut Chelsea untuk berbenah. Perubahan mendasar pada jajaran kepelatihan memberikan dampak tersendiri. Meragukan di awal, Chelsea perlahan tetapi pasti merangsek ke puncak dan memastikan satu tempat di babak berikutnya.

Pertandingan terakhir menjamu Zagreb  di Stamford Bridge pada awal November nanti adalah kesempatan bagi Chelsea untuk  "balas dendam" plus memastikan posisi juara grup demi status sebagai unggulan saat undian babak 16 besar nanti.

"Ini adalah ujian nyata melawan beberapa tim fantastis dan pengalaman hebat datang ke venue ini dan mengalami pertandingan tandang di Liga Champions. Ini sulit dan menantang, tapi saya sangat menikmatinya," tandas Potter melansir bbc.com.

Juventus tersingkir

Berbeda dengan Chelsea, Juventus harus menelan pil pahit saat menghadapi tuan rumah Benfica di Estadio da Luz, Rabu (26/10/2022) dini hari WIB.

Bianconeri yang sungguh membutuhkan kemenangan demi menjaga harapan bertahan di kompetisi ini justru bermain antiklimaks.

Tim tamu takluk 3-4. Kekalahan yang disebabkan karena awal yang buruk dari tim besutan Massimiliano Allegri.

Antonio Silva, Joao Mario, dan sepasang gol Rafa Silva menempatkan Juventus dalam tekanan besar. Moise Kean membuka kesempatan untuk bangkit.

Namun, tertinggal 1-4 begitu berat untuk dijekar. Arkadiusz Milk dan Weston McKennie mencetak dua gol dalam tiga menit untuk memperkecil ketertinggalan. Gol terakhir di menit ke-79 itu ternyata menjadi pamungkas.

Sekaligus penentu nasib kedua tim. Juventus tertahan di posisi ketiga dengan tiga angka dari lima laga yang sudah dijalani.

Satu laga tersisa, sama sekali tak cukup untuk mengejar ketertinggalan delapan poin dari Benfica dan Paris Saint-Germain (PSG). Sementara Benfica dan PSG pun semringah menjadi wakil dari Grup H. Pertadingan terakhir nanti akan menjadi penentu siapa yang berhak menyandang status jawara grup.

Juventus harus mengucapkan sayonara Liga Champions untuk pertama kalinya sejak musim 2013/2014.  

Max Allegri larut dalam perasaan sedih dan marah. Ia menolak disebut gagal. Sesuatu yang membuat para fan semakin berang, tentu saja.

"Kami membuat terlalu banyak kesalahan malam ini tetapi tidak ada gunanya membicarakan itu sekarang. Saya tidak menganggap ini sebagai kegagalan. Dalam sepak bola ada juga kekalahan," ungkap Allegri.

Bagaimana bisa Juventus di tangannya saat ini begitu terombang-ambing tidak menentu. Tidak ada arah jelas yang hendak dituju. Alih-alih melangkah maju, tim tersebut justru bergerak mundur. Juventus hanya berusaha untuk menunda kekalahan sebelum pada akhirnya benar-benar menyerah.

Selain terpuruk di level Eropa, di pentas domestik pun terseok-seok. Entah apa yang merasuki skuad musim ini hingga membuat mereka tertatih-tatih di posisi delapan dan terpaut 10 poin dari Napoli di puncak Serie A.

Pertandingan terakhir adalah kesempatan bersaing dengan Maccabi Haifa yang sama-sama mengemas tiga angka untuk meraih kesempatan tampil di fase gugur Liga Europa. Setidaknya masih lebih bisa diterima ketimbang menjadi penghuni dasar klasemen, tidak hanya kalah bersaing dengan PSG dan Benfica, tetapi juga dengan tim asal Israel itu.

"Lebih dari pendekatan yang salah, saya pikir kami terlalu lemah dalam bertahan di babak pertama," beber Allegri.

Setelah kehilangan tempat di kasta teratas, tidak ada cara lain bagi Allegri untuk menjaga kehormatan tim selain memenangkan pertandingan terakhir menghadapi PSG.

Apakah sudah saatnya Juventus mengambil langkah berani seperti yang lebih dahulu dicontohkan Chelsea setelah pekan pertama lalu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun