Kehadirannya pun terkait dan terhubung dengan sektor-sektor primer seperti pertanian dan konsumsi.
Keempat, berbagai hal di atas kemudian menempatkan UMKM sebagai pilar penopang perekonomian bangsa dalam berbagai situasi, terutama saat krisis baik pandemi Covid-19 maupun ancaman resesi global. Pengalaman krisis eknomi tahun 1997/1198 sudah membuktikannya.
Menantang tantangan
Terkait poin terakhir, UMKM dianggap sebagai sektor yang bisa beradaptasi dengan aneka tantangan. Dengan pendekatan, perhatian, dan dukungan memadai, sektor ini bisa beradaptasi dengan setiap perubahan.
Namun, di balik tingkat fleksibilitasnya yang relatif tinggi itu, ada hal yang perlu digarisbawahi. Salah satunya tidak semua UMKM memiliki tingkat resiliensi yang tinggi.
Tantangan yang menuntut adaptasi dan perubahan, seperti terkait pola konsumsi barang dan jasa, belum sepenuhnya disikapi. Ada banyak hambatan di sana.
Setelah berjuang bangkit dari pandemi yang memberikan banyak pelajaran, kini sektor tersebut harus menghadapi tantangan baru yang tidak kalah menakutkan. Belum juga tegak berdiri, ancaman resesi global sudah mengintai.
Krisis ekonomi adalah kosa kata yang menjadi momok bagi setiap bisnis. Apalagi bagi sektor usaha kecil yang belum memiliki bantalan keuangan setebal perusahaan besar.
Sebelum benar-benar masuk dalam pusaran resesi, penting kiranya untuk mengembangkan strategi agar UMKM tetap eksis.
Saya membagikan beberapa strategi yang disampikan Katie Lundin, seorang spesialis pemasaran dan branding dalam tulisannya di cpapracticeadvisor.com (5/5/2020). Tentu, strategi ini akan lebih tertuju pada aspek pemasaran sebagaimana yang menjadi keahliannya.
Pertama, fokus pada kompetensi inti, entah produk atau layanan utama dan sangat dikuasai. Alih-alih melakukan ekspansi dan mengambil jalur baru penting untuk fokus pada produk dan layanan terbaik.