Bila kita melihat formasi yang diturunkan Xavi dan Carlo Ancelotti di pertemuan ini, terlihat kedua tim menggunakan skema yang sama yakni 4-3-3. Namun, amunisi yang mengisi setiap lini memiliki perbedaan waktu adaptasi yang cukup jauh di antara kedua klub.
Barca banyak mengandalkan para pemain baru seperti Kounde, Raphinha, dan Lewandowski yang mengisi "starting line-up" lalu Franck Kessie yang menjadi pemain pengganti untuk Pedri.
Belum lagi para pemain muda yang baru diberi kepercayaan mengisi tim utama dan tampil di partai sarat gengsi dan bertensi tinggi ini.
Sementara Madrid hanya memasukan Aurelien Tchouameni sebagai satu-satunya pendatang baru di antara mayoritas pemain yang sudah lebih lama bersama dan menjadi bagian dari tim El Clasico musim lalu.
Satu hal yang bisa digarisbawahi dari hal ini adalah perbedaan tingkat kemapanan di antara kedua tim. Madrid tampil sebagai sebuah tim yang lebih matang.
Para pemain yang lebih senior seperti Luka Modric, Toni Kroos, hingga Karim Benzema yang masih menjaga level permainan mereka semakin memberi pengaruh bagi Madrid.
Sementara Barcelona tengah dalam perjalanan untuk mencapai tahap itu. Meski, Blaugrana bisa menguasai jalannya pertandingan dan menciptakan banyak peluang, namun pada titik tertentu kematangan sebagai satu tim turut berperan.
Madrid yang hanya memiliki tiga peluang justru bisa mencetak sepasang gol di babak pertama. Bermula dari akselerasi Vinicius Junior yang membelah dan menembus sisi kiri. Winger Brasil itu melepas tendangan namun masih sempat diblok Marc-Andre Ter Stegen.
Penyelamatan gemilang kiper internasional Jerman itu kemudian menjadi tidak berarti setelah bola rebound justru mengarah ke kaki mesin gol bernama Karim Benzema. Dengan tenang pemain berpengalaman asal Prancis yang dijagokan sebagai penerima Ballon d'Or kali ini menggetarkan gawang tim tamu, tepat di menit ke-12.
Belum sempat memberikan balasan, gawang Barca kembali terkoyak. Selanjutnya giliran Federico Valverde yang mencatatkan namanya di papan skor. Gol pada menit ke-35 itu menunjukkan betapa Barca memberi terlalu banyak ruang bagi sang gelandang tengah itu untuk menguasai bola dan melepaskan tembakan akurat dari luar kotak penalti.
Secara psikologis sepasang gol ini tidak bisa tidak memantik frustrasi di kubu Cules. Mereka lebih superior dan tampil lebih atraktif dengan cukup banyak ancaman. Lewandowski hingga Frenkie de Jong memiliki kans. Sayangnya, belum mampu mengoyak gawang Andriy Lunin.