Tidak semua orang bisa dengan mudah memilih jalan kaki sebagai salah satu bagian dari mobilitas fisik. Apalagi menjadikannya sebagai bagian dari gaya hidup.
Macam-macam alasannya. Entah karena terbentur tantangan eksternal, maupun karena ketiadaan niat, motivasi, bahkan alasan kuat dari dalam diri untuk melakukannya.
Problem dari luar bisa karena minimnya akses bagi pejalan kaki terutama jalur pedestrian yang nyaman. Konektivitas yang diantarai oleh transportasi umum atau dijembati oleh kendaraan pribadi seperti motor atau mobil yang memangkas kesempatan untuk jalan kaki.
Situasi seperti ini jamak kita temukan di kota-kota besar di Tanah Air. Patut diakui, ruang publik kita belum sepenuhnya berpihak pada para pejalan kaki.
Bila demikian adanya, apakah kita harus menyerah pada kendala dari luar untuk merasakan manfaat jalan kaki mulai dari mendapat kebugaran fisik, menghilangkan stres, menciptakan suasana hati yang bagus, menenangkan pikiran, hingga membuat diri kita tak terisolasi dari dunia di sekitar?
Apakah kesempatan jalan kaki hanya terjadi saat berangkat atau pulang kerja dan terjadi di kawasan metropolitan dan padat penduduk?
Kalau jawabannya ya untuk kedua pertanyaan itu, maka bisa dipastikan hambatan terbesar sesungguhnya bukan datang dari orang lain dan lingkungan, melainkan dari dalam diri.
Tak heran, kita kerap berlindung di balik aneka alasan klise untuk menghindar dari jalan kaki. Banyak dalih yang sering kita lontarkan atau kita dengar saat hendak melakoni aktivitas fisik itu. Sesungguhnya semua itu hanyalah alasan yang dibuat-buat untuk tidak mau bangun dari kursi, memakai sepatu, dan mulai berjalan kaki.
Pertama, saya terlalu sibuk utuk berjalan kaki.
Memang kadang tidak bisa dinafikan betapa pekerjaan dan urusan rumah tangga sungguh menyita waktu dan perhatian.
Namun, seringkali, hal tersebut sengaja dijadikan alasan untuk sekadar meluangkan waktu 30 menit hingga 1 jam dari jadwal yang padat itu untuk berjalan kaki.
Berbagai strategi dan siasat sederhana bisa ditempuh untuk mulai memasukan jalan kaki sebagai bagian dari rutunitas.  Wendy Bumgardner  di laman www.verywellfit.com (23/5/2021) memberikan beberapa tip.
Mulai dengan memberikan waktu khusus untuk berjalan kaki dan menandainya di kalender yang ada di telepon genggam yang akan memberikan peringatan pada setiap waktu yang telah ditetapkan.
Bila tidak bisa dilakukan setiap hari, bisa memulai sekali dalam sepekan pada hari yang telah ditentukan.
Jalan kaki bisa dimasukan di sela-sela perjalanan ke kantor, sekolah, atau pasar. Alih-alih mengemudi, momen-momen tersebut bisa dipilih untuk memarkir kendaraan dan berjalan kaki.
Kedua, saya terlalu lelah untuk berjalan kaki.
Apakah berjalan kaki memang sungguh menguras energi? Apakah berjalan kaki lebih buruk dari berbaring di sofa, selonjoran di tempat tidur, atau berleha-leha di depan televisi?
Sebenarnya, efek yang ditimbulkan berjalan kaki justru sebaliknya. Banyak manfaat yang didapat. Untuk meninggalkan alasan klise dan mengada-ada itu berbagai tip bisa dipraktikkan.
Menjadikan jalan kaki sebagai rutinitas. Melakukannya secara rutin dan teratur, misalnya satu atau dua kali dalam seminggu kalau memang tak banyak waktu yang tersedia.
Lama kelamaan akan terbiasa, menjadi kebiasaan, dan gaya hidup. Bila sampai tidak melakukannya sekali saja, maka akan terasa ada yang kurang.
Tidak perlu membuat target tinggi, misalnya jarak yang harus ditempuh, waktu yang harus dihabiskan, dan kecepatan yang harus diambil. Fokus saja pada aktivitas tersebut. Just do it.Â
Untuk mendapatkan tambahan semangat bisa mengajak serta orang lain. Mulailah dari lingkungan terdekat yang mudah diajak dan bisa merasakan dampaknya. Sebagai contoh, mengajak anak-anak, pasangan, atau anggota keluarga lainnya untuk turut serta.
Di satu sisi ini menjadi kesempatan untuk menjaga keharmonisan dan memperkuat intimitas. Di sisi berbeda, menjadi sebuah kebiasaan yang bisa ditiru oleh anak-anak dan orang terkasih demi meningkatkan kualitas hidup bersama.
Ketiga, jalan kaki itu membosankan.
Tidak ada keasyikan yang tercipta di sana. Jalan kaki tidak semenantang panjat tebing. Tidak begitu memacu adrenalin seperti berlari atau bermain sepak bola. Jalan kaki hanya membuang-buang waktu. Dan sederet alasan lainnya.
Bila sampai terjadi demikian, berarti ada yang salah dengan cara pandang Anda. Anda perlu menata kembali perspektif terkait jalan kaki. Pertimbangkan manfaat lain dari sekadar membunuh waktu. Mulailah untuk menatanya dengan cara yang lebih atraktif.
Bila Anda merasa kurang menantang, jalan kaki bisa dilakukan dalam ritme yang lebih menantang dengan kecepatan tertentu, durasi yang lebih lama, dan jarak yang lebih jauh.
Selanjutnya kecepatan bisa terus disesuaikan. Berjalan kaki bisa dipadukan dengan gerakan-gerakan untuk meningkatkan daya tahan dan kekuatan seperti push-up atau squat, lompat tali, dan sebagainya.
Bisa juga menjadi pemanasan atau pendinginan saat bersepeda, berenang, latihan beban, dan jenis olahraga lainnya.
Begitu juga bila suasana di sekitar sungguh membuat Anda kehilangan semangat, bisa memilih rute yang menyajikan sensasi berbeda. Bisa memilih lokasi dekat taman atau di jalan setapak dengan sajian panorama alam yang indah.
Ada cara lain untuk membangkitkan suasana hidup saat anda berjalan kaki. Anda bisa berjalan kaki sambil mendengar musik, menyimak podcast kesukaan, atau alternatif audio yang menarik lainnya.
Bisa juga sambil berjalan kaki Anda memanfaatkan waktu untuk belajar berbagai hal. Hanya saja, sebaiknya cukup memakai satu earbug saja. Juga perlu menjaga volume agar tidak sampai mengganggu indra pendengaran, apalagi bila sampai mengganggu konsentrasi yang membuat Anda kurang awas terhadap lingkungan sekitar.
Keempat, terlalu dingin atau panas untuk berjalan kaki.
Soal cuaca ikut terseret. Hawa yang dingin atau udara panas membuat kita berpikir berkali-kali untuk berjalan kaki.
Pada taraf tertentu alasan tersebut bisa dimaklumi. Aktivitas di bawah terik matahari bisa menimbulkan dehidrasi dan kelelahan. Demikian juga saat hawa dingin menyergap sungguh menyiksa.
Namun, iklim tidak selalu bisa dijadikan alasan pembenaran. Dalam kondisi alam yang wajar kitab isa tetap berjalan kaki.
Saat musim dingin, kita bisa mengenakan pakaian yang hangat, mulai dari baju, celana, kaus tangan, hingga alas kaki.
Bila kondisi di luar ruangan sungguh tidak bersahabat, aktivitas tersebut bisa dilakukan di dalam ruangan. Mengambil jalur di dalam ruangan atau menggunakan treadmill.
Demikian halnya menyesuaikan kostum olahraga saat udara panas. Menggunakan pakaian dari bahan yang mudah menyerap keringat dan menyediakan pasokan air yang cukup agar tubuh tetap terhidrasi.
Pilihlah waktu yang lebih nyaman, seperti pagi atau sore hari, alih-alih siang hari saat matahari sedang terik. Tidak kalah penting adalah mengenakan tabir surya agar menghindarkan kulit kita dari dampak buruk radiasi sinar ultraviolet.
Begitu juga bila cuaca di luar ruangan tidak memungkinkan. Berjalan kaki dalam ruangan adalah alternatif yang sangat mungkin diambil.
Kelima, saya terlalu tua untuk berjalan kaki.
Apakah berjalan kaki mengenal usia? Apakah berjalan kaki hanya patut dijalankan oleh kelompok usia tertentu?
Tidak. Sekali lagi, tidak. Biasanya, orang yang menggunakan alasan tersebut adalah yang tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik.
Olahraga belum menjadi bagian dari keseharian hidup kelompok ini. Mager singkatan untuk malas gerak sudah begitu memenjarakan.
Jalan kaki sesungguhnya adalah jenis olahraga yang paling sederhana, mudah, dan murah. Bisa dilakukan oleh orang dari segala usia dan kondisi fisik, kecuali orang yang sedang mengalami masalah kesehatan serius yang tidak dianjurkan untuk bergerak.
Bila usia benar-benar jadi alasan, patut disadari jalan kaki adalah pilihan terbaik untuk membuat tubuh tetap bugar meski usia semakin uzur.
Dengan tetap beraktivitas ringan seperti ini akan membantu lancarnya kerja metabolisme tubuh. Begitu juga kardiovaskuler, mobilitas, dan otot kita sehingga tidak lekas mengalami masalah.
Untuk mendorong orang yang merasa terlalu tua untuk berjalan kaki bisa dimulai dengan jarak, intensitas, dan waktu yang singkat. Mulai perlahan-lahan dan barulah menyesuaikan jarak dan tingkat keseringan.
Bisa pula dilakukan bersama orang lain agar semangat lebih terdongkrak. Seorang kakek atau nenek akan terbakar semangatnya saat ditemani anak atau cucu kesayangan.
Begitu juga mereka yang muda tetapi sudah merasa terlalu tua untuk berjalan kaki bisa melakukannya dalam kelompok, ditemani orang-orang tersayang, atau ditemani anjing kesayangan untuk mendapatkan tambahan stimulus.
Alasan mana yang kerap Anda pakai sebagai senjata andalan untuk menghindari jalan kaki? Bila tidak termasuk yang disebutkan di atas, Anda bisa membaginya di kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H