Sesal akan selalu membayang sanak keluarga yang ditinggal pergi selamanya. Apalagi bila pertandingan sepak bola itu sampai membuat ibu dan bapak kehilangan anaknya untuk selamanya. Begitu juga istri kehilangan suami, istri kehilangan suami dan anak, istri dan anak kehilangan suami dan bapak, dan sebagainya.
Luka dan duka mereka yang anggota keluarganya direnggut entah sampai kapan bakal tersaput.
Bahaya Gas Air Mata
Kompas.com (2/10/2022) yang melansir jurnalis KompasTV, Muhammad Tiawan, melaporkan kejadian itu mulai mengemuka setelah para supporter Arema memasuki lapangan, tak lama setelah peluit akhir dibunyikan.
Hasil akhir 2-3 untuk kemenangan Persebaya diduga membuat para penggemar Singo Edan berang. Mereka pun menembus pagar pembatas untuk memasuki lapangan.
Pihak keamanan mencoba mengamankan kondisi dengan menembakkan gas air mata. Arahnya tidak hanya ke bagian bawah pagar pembatas, tetapi juga ditembakkan ke tribun penonon.
Dari potongan-potongan video yang beredar tertangkap pemandangan yang menyedihkan. Para penonton berusaha menerobos untuk menghindari situasi yang mulai tak terkendali itu. Â Mereka menyesaki pintu keluar. Tidak sedikit yang nekat memanjat pagar.
Desak-desakkan terjadi. Dwi, saksi mata, seperti diberitakan Kompas.com mengaku melihat banyak orang terinjak-injak untuk menghindari gas air mata.
Situasi chaos itu membuat banyak yang mengalami sesak napas, kekurangan oksiden, hingga kemudian kita melihat tubuh-tubuh tak bernyawa tergeletak di lantai.
Kita kemudian bisa memahami mengapa FIFA kemudian tegas melarang penggunaan gas air mata di stadion. Beleid tertuang di pasal 19 b. Bunyinya, "No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used."
FIFA jelas melarang senjata api atau gas pengendali masa untuk dibawa ke stadion, apalagi sampai digunakan.