Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tragedi Stadion Terburuk di Dunia, Evaluasi Penggunaan Gas Air Mata, dan Overkapasitas

2 Oktober 2022   12:30 Diperbarui: 2 Oktober 2022   15:34 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana penonton dalam pertandingan Persebaya Surabaya vs Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang, Sabtu (1/10/2022): KOMPAS.com/Suci Rahayu

 

Sejak Sabtu (1/10/2022) malam WIB, tepat setelah pertandingan Arema FC versus Persebaya Surabaya, kabar duka itu mulai berhembus.

Kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, tempat derbi Jawa Timur digelar dalam lanjutan Liga 1 2022/2023 kemudian berkembang luas. Seiring tragedi yang memakan ratusan korban jiwa itu menuai simpati dunia. Bbc.com (2/10/2022) menyebutnya sebagai salah satu bencana (di) stadion terburuk di dunia.

Hampir pasti, beritanya ikut mengisi pemberitaan media di mana-mana dan menjadi buah bibir yang luas di jagad maya.

Petaka di pekan ke-11 kompetisi kasta pertama di negeri ini membuat wajah sepak bola Indonesia tercoreng, seperti diakui Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

Pemberitaan di salah satu media internasional: bbc.com
Pemberitaan di salah satu media internasional: bbc.com

Lebih dari itu, dunia sepak bola pun hanyut dalam kesedihan. Tidak hanya kerusakan materi yang disesalkan, tetapi lebih dari itu hilangnya nyawa manusia.

Tidak peduli berapa banyak yang harus "dikorbankan", ketika ada nyawa manusia yang melayang, pertandingan itu serentak meninggalkan sesal dan kutukan.

Bila sampai ratusan manusia jadi korban, kata dan ungkapan apa yang bisa menggambarkan kesedihan para keluarga korban dan dengan cara apa kita membangkitkan semangat mereka dan semangat para penggemar sepak bola dalam negeri agar tidak sampai kapok ke lapangan pertandingan?

Jelas, butuh waktu yang tidak singkat untuk memulihkannya. Trauma mungkin akan tetap tinggal pada sebagian atau banyak orang yang selamat dari kejadian nahas itu. Orang-orang yang melihat tayangan miris itu pun akan berpikir lagi untuk ke stadion sepak bola.

Sesal akan selalu membayang sanak keluarga yang ditinggal pergi selamanya. Apalagi bila pertandingan sepak bola itu sampai membuat ibu dan bapak kehilangan anaknya untuk selamanya. Begitu juga istri kehilangan suami, istri kehilangan suami dan anak, istri dan anak kehilangan suami dan bapak, dan sebagainya.

Luka dan duka mereka yang anggota keluarganya direnggut entah sampai kapan bakal tersaput.

Bahaya Gas Air Mata

Kompas.com (2/10/2022) yang melansir jurnalis KompasTV, Muhammad Tiawan, melaporkan kejadian itu mulai mengemuka setelah para supporter Arema memasuki lapangan, tak lama setelah peluit akhir dibunyikan.

Hasil akhir 2-3 untuk kemenangan Persebaya diduga membuat para penggemar Singo Edan berang. Mereka pun menembus pagar pembatas untuk memasuki lapangan.

Pihak keamanan mencoba mengamankan kondisi dengan menembakkan gas air mata. Arahnya tidak hanya ke bagian bawah pagar pembatas, tetapi juga ditembakkan ke tribun penonon.

Dari potongan-potongan video yang beredar tertangkap pemandangan yang menyedihkan. Para penonton berusaha menerobos untuk menghindari situasi yang mulai tak terkendali itu.  Mereka menyesaki pintu keluar. Tidak sedikit yang nekat memanjat pagar.

Desak-desakkan terjadi. Dwi, saksi mata, seperti diberitakan Kompas.com mengaku melihat banyak orang terinjak-injak untuk menghindari gas air mata.

Situasi chaos itu membuat banyak yang mengalami sesak napas, kekurangan oksiden, hingga kemudian kita melihat tubuh-tubuh tak bernyawa tergeletak di lantai.

Kita kemudian bisa memahami mengapa FIFA kemudian tegas melarang penggunaan gas air mata di stadion. Beleid tertuang di pasal 19 b. Bunyinya, "No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used."

FIFA jelas melarang senjata api atau gas pengendali masa untuk dibawa ke stadion, apalagi sampai digunakan.

Efek yang ditimbulkan gas air mata, yang biasa kita saksikan saat polisi membubarkan masa saat demonstrasi, menyebabkan rasa sakit hingga iritasi.

Gas air mata yang sejatinya berwujud padat atau cair itu mengandung bahan kimia tertentu yang bisa bereaksi dengan kelembaban sehingga menimbulkan sakit dan iritasi pada area lembab pada tubuh mulai dari mata, mulut, tenggorokan, hingga paru-paru.

Bbc.com (25/11/2022) menyebut gas air mata bisa berdampak jangka pendek dan jangka panjang. Rasa terbakar, sensasi berair di mata, kesulitan bernapas, nyeri dada, air liur berlebihan, hingga iritasi kulit.

Orang yang terkena gas air mata bisa mengalami kebingungan dan disorientasi yang bisa memantik kepanikan  dan kemarahan.

Dampaknya ini akan terasa pada 20-30 detik setelah terpapar dan akan mereda sekitar 10 menit setelah terkana udara segar.

Paparan gas air mata dalam ruangan atau dalam jumlah besar bisa memberikan efek jangka panjang. Berbagai masalah serius bisa terjadi mulai dari glaukoma, kebutaan, luka bakar, hingga gagal napas.

Pemandangan yang terjadi di Kanjuruhan tentu menjadi bahan evaluasi serius bagi aparat keamanan. Larangan membawa, apalagi menggunakan gas air mata di dalam stadion, adalah harga mati. Aturan umum dan standar yang wajib ditaati.

Tentu, pihak keamanan memiliki alasan tersendiri mengapa sampai membawa dan menggunakannya. Hal ini menjadi catatan bagi PSSI dan panitia pelaksana pertandingan untuk berkoordinasi secara lebih baik dengan semua element dalam menyelenggarkan setiap pertandingan, termasuk dalam urusan pengamanan.

Overkapasitas

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD membeberkan rencana taktis yang dianjurkan pihak keamanan.

Pertandingan digelar sore, bukan malam hari. Jumlah penonton pun disesuaikan dengan jumlah penonton.

"Tapi usul-usul itu tidak dilakukan oleh panitia yang tampak sangat bersemangat. Pertandingan tetap dilangsungkan malam, dan tiket yang dicetak jumlahnya 42.000," demikian Mahfud menukil Kompas.com (2/10/2022).

Anjuran yang tidak diindahkan hingga membuat overkapasitas stadion yang seharusnya berjumlah 38.000 orang adalah bagian dari kesalahan yang mengemuka di laga ini.

Seperti kita tahu, duel ini sungguh menguras perhatian.  Dua tim dalam satu provinsi yang sudah menjadi bak musuh bebuyutan.

Meski pihak suporter Persebaya Surabaya dilarang memberi dukungan langsung di stadion, animo penonton tetap tak tergerus.

Stadion Kanjuruhan justru disarati Aremania, penggemar Arema. Mereka ingin memberikan dukungan kepada tim kesayangannya. Tentu para fan berharap tim pujaannya bisa tampil baik dan memberikan hasil positif.

Sayangnya, harapan tersebut bertepuk sebelah tangan. Riak-riak kekecewaan sudah mulai terlihat sejak Arema tertinggal. Kemudian memuncak setelah laga usai.

Dari sini kita akhirnya mafhum, betapa mahalnya harga sebuah kekalahan.

Betapa mahalnya pula ongkos sebuah pertandingan sepak bola di Indonesia. Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan kompetisi ditangguhkan hingga ada evaluasi serius dan perbaikan mendasar.

Sekiranya dalam masa perkabungan ini, kita sungguh serius instrospeksi dan berbenah.  Suporter, perangkat pertandingan, aparat keamanan, dan PSSI. Jangan sampai tragedi terburuk ini berulang lagi.

Turut berdukacita. Al Fatihah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun