Indonesia bahkan mampu berbalik unggul di menit ke-23. Sundulan Fachruddin memanfaatkan lemparan maut Pratama Arhan.
Babak pertama ditutup oleh gol penyeimbang dari  pemain Birmingham City, Juninho Bacuna dua menit berselang.
Skor imbang ini tidak membuat Indonesia berada dalam kondisi tertekan. Dengan kecerdikan sang pelatih dan kemampuan para pemain melakukan perlawanan, Indonesia justru bisa memberikan respon dan merepotkan lawan.
Ketiga, hal ini terlihat di paruh kedua. STY melakukan sejumlah pergantian setelah keluar dari ruang ganti. Marselino Ferdinand dimasukan menggantikan Ricky Kambuaya. Menemani "wonderkid" 18 tahun itu ada Saddil Ramdani yang berganti kesempatan dengan Egy Maulana.
Masuknya dua pemain dengan skill dan kecepatan mumpuni itu sungguh memberikan warna tersendiri bagi permainan Indonesia.
Marselino yang kini sudah menjadi andalan STY di berbagai level timnas mampu merepotkan para pemain Curacao yang lebih senior dan memiliki postur tubuh lebih mumpuni. Kemampuannya untuk melakukan penetrasi, mengirim umpan, hingga memutus aliran bola sungguh menjadikan lini tengah Indonesia begitu hidup.
Perlu dicatat, selain Marselino, STY juga memberi kesempatan kepada pemain 19 tahun, Ramadhan Sananta untuk menjalani debut.Â
Memang Ramadhan yang masuk di babak kedua itu belum bisa mencuri perhatian. Setelah melakukan satu tembakan tepat sasaran tak lama setelah menginjak lapangan pertandingan, permainannya seperti tenggelam di antara rekan setim.
Terlepas dari itu, hadirnya Ramadhan dan Marselino menunjukkan keberpihakan STY pada visi regenerasi di tubuh timnas Indonesia.
Bila kita meneliti keseluruhan pemain Indonesia kali ini, boleh dikata bertumpu pada pemain berusia muda.
Keempat, gol yang ditunggu para penggemar Indonesia terjadi di menit ke-56. Bermula dari pergeran Arhan di sisi kiri, bola kemudian diarahkan pada Dimas Drajad yang menyambutnya dengan tendangan "backheel" yang mampu mengecoh pemain belakang lawan.