Rachmat Irianto mengambil tempat Asnawi Mangkualam Bahar yang belum pulih dari cedera untuk mendampingi Marc Klok, Ricky Kambuaya, dan Yakob Sayuri. Lini serang dipercayakan kepada trio Egy Maulana Fikri, Dimas Drajad, dan Witan Sulaeman.
Curacao yang ditangani Marco Bicentini mengandalkan formasi berbeda: 4-2-4. Seperti tuan rumah, tim tamu juga memadukan para pemain senior dengan sejumlah pemain muda.
Para pemain berpengalaman dengan usia kepala tiga seperti Cuco Martina, Leandro Bacuna, Rangelo Janga mendampingi pemain muda semisal Tyrick Bodak, penjaga gawang berusia 20 tahun, dan bek Justin Ogenia berumur 23 tahun.
Patut digarisbawahi beberapa pemain senior Curacao sudah mendapat jam terbang tinggi di level kompetisi yang lebih tinggi di benua biru. Bahkan ada pemain muda yang sudah menjadi pemain reguler di kasta utama sepak bola Belanda.
Sebut saja Juninho Bacuna, gelandang serang yang memperkuat klub Championship, Birmingham City. Leandro Bacuna, pemain tengah namun sangat produktif mencetak gol tercatat sebagai pemain Cardiff City.
Cuco Martina, pemain paling senior yang bisa berperan sebagai bek atau gelandang merupakan andalan Southampton di Liga Inggris. Di barisan belakang, ia bertandem dengan pemain muda, Justin Ogenia yang kini memperkuat FC Eindhoven di Eerste Divisie Belanda.
Ada juga Kenji Gorre yang pernah bermain untuk Swansea City dan Northampton City. Putra pesepakbola Dean Gorre itu merupakan jebolan akademi Manchester United.
Para pemain yang sudah merasakan pengalaman di tim-tim besar sungguh menjadi sendi kekuatan Curacao. Mereka langsung tampil menekan dan sungguh memanfaatkan postur tubuh untuk memenangkan bola-bola udara dan mengamankan pergerakan para pemain Indonesia.
Kedua, para pemain Indonesia menunjukkan bahwa ranking dunia dan pengalaman internasional tak membunuh semangat dan menguburkan pesona mereka.
Hal ini terlihat sepanjang pertandingan. Dimulai dari ketenangan dan daya juang untuk bangkit dari ketertinggalan saat Rangelo Janga menciptakan petaka bagi tuan rumah di menit ketujuh, memanfaatkan bola liar dari tembakan rekannya.
Marck Klok membuat skor sama kuat di menit ke-19. Pemain naturalisasi itu menuntaskan skema permainan satu-dua. Bukti bahwa Indonesia bisa memperagakan permainan apik yang mematikan.