Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Marko Arnautovic Korban "PHP", Potret Kepanikan Erik ten Hag dan Buruknya Perencanaan Man United

10 Agustus 2022   12:22 Diperbarui: 13 Agustus 2022   15:21 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marko Arnautovic (kiri depan) saat memperkuat tim nasional Austria di Euro 2020: AFP PHOTO/DANIEL MIHAILESCU via Kompas.com

"Ada sejuta pemain lain di luar sana yang seharusnya dikaitkan dengan United. Saya tidak mengerti."- (Chris Sutton)

Belakang karena kuatnya penolakan terutama dari para penggemar, pihak Setan Merah pun mengalah.

Menukil cuitan Fabrizio Romano di akun Twitter-nya, Selasa (9/8/2022) pihak klub berubah sikap.  Perburuan dihentikan, meski Marko Arnautovic sudah memberikan lampu hijau.

"Manchester United won't sign Marko Arnautovic this summer. Deal off and talks will not continue after opening bid turned down by Bologna," begitu kicauan pakar transfer asal Italia itu.

Mengapa alur cerita bisa berubah begitu cepat? Lantas, apa arti dari perubahan sikap United yang mendadak ini?

Mengapa Arnautovic?

Hasil minor di pekan pertama Liga Inggris 2022/2023 langsung mengirim sinyal bahaya bagi Manchester United. Kekalahan 1-2 dari Brighton & Hove Albion akhir pekan lalu di kandang sendiri sungguh mengecewakan.

Dua kali diperdaya Pascal Gross di babak pertama sebelum Alexis Mac Allister mencetak gol bunuh diri untuk memperkecil kedudukan menunjukkan armada Erik ten Hag belum sepenuhnya siap bersaing.

Erik boleh saja diakui karena kesuksesannya bersama Ajax Amsterdam. Laga-laga pra-musim mereka diwarnai statistik menggembirakan. Namun, Liga Primer Inggris bukan Eredivisie.  Pra-musim bukan pertandingan sesungguhnya. Pria Belanda itu seperti mendapat sambutan selamat datang ke dalam kompetisi yang jauh lebih intens.

Tak heran, setelah kekalahan di Old Trafford itu, United kembali menjadi buah bibir, sama seperti yang selalu terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Tidak hanya soal Cristiano Ronaldo yang di laga itu menjadi pemain cadangan. Begitu juga peran Christian Eriksen, rekrutan anyar.

Salah satu nama yang bukan pemain Setan Merah ikut mengemuka. Dia adalah Marko Arnautovic. Seiring berjalannya waktu, rumor tersebut mulai berubah menjadi fakta.

United, melansir manchesterveningnews.com, sudah mengajukan tawaran 8 juta euro atau sekitar Rp 120 miliar kepada Bologna agar melepasnya. Bila sudah di tahap itu, Setan Merah memang benar-benar serius padanya.

Apa yang membuat United tertarik pada pemain depan Austria itu? Apa istimewanya dia sehingga di saat-saat seperti ini menjadi incaran? Apakah ia adalah solusi bagi prahara yang tengah mendera Manchester Merah?

Memang cukup mengejutkan United membidik Arnautovic. Usia dan statistik penampilannya tidaklah istimewa.

Pemain itu sudah lewat kepala tiga, tepatnya 33 tahun. Kariernya tidaklah mentereng. Mengawali perjalanannya di FC Twente, lalu tak sampai semusim dipinjamkan di Inter Milan.

Penampilannya di Serie A jauh dari memuaskan. Tak semoncer di Eredivisie dengan 14 gol dalam 59 penampilan.  Di Negeri Pizza ia hanya kebagian tiga laga.

Pelatih Internazionale Milan saat itu, Jose Mourinho pun memberik kesan buruk kepadanya. Ia dianggap pemain yang "tidak dapat diatur" dan masih menyimpan "mentalitas seorang anak."

Ia kemudian mencoba peruntungan di Bundesliga Jerman, memperkuat Werder Bremen, sebelum melewatkan enam musim di Liga Inggris. Menjalani 184 laga di Liga Inggris dengan mencetak 43 gol bersama Stoke City dan West Ham United.

Ia melanjutkan petualangan bersama Shanghai Port. Setelah dua musim di Liga Super China, ia pun kembali mendarat di Serie A musim panas lalu, bersama Bologna terikat kontrak dua tahun.

Rupanya ia tak melewatkan kesempatan kedua kembali ke Italia. Musim lalu, ia mencetak 14 gol dalam 33 laga. Ia pun menjadi pemain penting yang belum rela dilepas, seperti ditegaskan direktur olahraga klub, Marco Di Vaio.

"Ini bukan masalah uang. Marko tak ternilai harganya bagi kami secara teknis dan untuk apa yang dia wakili untuk klub kami. Bologna ingin terus maju bersamanya, dia bisa melakukan lebih baik dari tahun lalu dan membantu kami berkembang," demikian Di Vaio melansir Goal.

Bagi Bologna, Arnautovic tak ternilai. Bagi mereka uang tak lebih penting dari jasa pemain itu. Pengalaman dan ketajamannya masih dibutuhkan, setidaknya untuk saat ini.

Sikap Bologna itu dengan sendirinya menaikan posisi tawaran Arnautovic. Namun, hal tersebut tidak otomatis menjadikannya sebagai pemain yang tepat bagi United.

Paniknya Ten Hag

Cara tercepat yang bisa dilakukan Ten Hag untuk menjalankan misinya adalah mendatangkan para pemain yang sudah dikenal dan diketahui kapasitasnya. Sebagai pelatih baru, ia juga dikejar waktu dan ekspektasi.

Ia tidak bisa berlama-lama merenda prestasi. Anggapan bahwa prestasi butuh proses seperti tidak berlaku bagi klub-klub top. Karena itu, cara instan yang ditempuh adalah mendatangkan para pemain bintang yang bisa langsung ditempatkan di titik-titik penting dalam skema idaman.

Di masa kepelatihannya di Old Trafford yang baru seumur jagung, Ten Hag sudah mendatangkan Tyrell Malacia, Christian Eriksen, dan Lisandro Martinez. Ia tengah mengincar Frenkie De Jong, mantan anak didiknya di Ajax.

Seperti De Jong, Arnautovic juga pernah bekerja sama dengan Ten Hag. Itu terjadi di FC Twente dengan Steve McClaren sebagai pelatih utama dan Ten Hag sebagai asisten.

Kini, Ten Hag membawa McClaren ke Old Trafford sebagai salah satu tangan kanannya. Keduanya jelas memiliki kenangan yang sama tentang Arnautovic.

Terlepas dari kedekatan yang pernah dibangun, situasi yang terjadi kali ini sungguh jauh berbeda dengan bertahun-tahun lalu. Arnautovic hari ini bukanlah Arnautovic yang dahulu.

Arnautovic memang bagus di mata Ten Hag dan McClaren. Namun, ia belum tentu menjadi solusi bagi masalah di lini serang United dengan Cristiano Ronaldo yang belum jelas nasib dan kebugarannya, berikut cedera yang menimpa Anthony Martial, dan penampilan Marcus Rashford yang belum juga kembali ke bentuk terbaik.

Kehadirannya bisa saja menjadi wujud kepanikan Ten Hag dan tim pelatih untuk segera menambal masalah di lini serang. Namun, hal tersebut hanya akan menjadi solusi jangka pendek.

Apakah Arnautovic akan membuat lini depan United kembali tajam dengan mengambil peran Ronaldo dan Martial misalnya? Di posisi mana ia akan ditempatkan agar bisa memberikan kontribusi maksimal? Apakah nasibnya akan membaik dan pada akhirnya tidak hanya sekadar penghangat bangku cadangan?

Demikian sederet tanda tanya yang terus membayang di benak banyak orang. Tidak terkecuali para penggemar United yang akan siap-siap menghujaninya dengan kritikan pedas bila sampai tak tampil sesuai harapan.

Para fan tentu masih menyimpan kenangan akan transfer gagal para pendahulu. Masih hangat dalam benak mereka langkah "aneh" dan menggelikan yang dilakukan pada Januari 2020 saat mendatangkan Odion Jude Ighalo yang sudah berumur 30 tahun.

Datangnya dari Shanghai Shenhua dan coba memberinya "magang" enam bulan. Namun, pada akhirnya senioritas pria Nigeria itu hanya berakhir dengan tiga gol di Piala FA dan nirgol dalam 11 laga di Liga Inggris di musim pertamanya sebelum dipulangkan kembali.

Para penggemar United memang mencintainya dan berusaha mendukungnya tanpa henti. Namun, kehadirannya tetap tidak dianggap penting dan berguna.

Ighalo bukan pemain berusia 30 tahun pertama dan terakhir dalam sejarah United. Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, hingga Cristiano Ronaldo adalah para pemain gaek yang pernah dan masih dipakai United.

Namun, kapasitas dan jam terbang ketiga nama itu jelas tak bisa disepadankan dengan Arnautovic. Bila pada akhirnya diboyong ke Manchester, hanya keberuntungan yang bisa menempatkan Arnautovic dalam barisan pemain depan senior yang berhasil guna.

Selebihnya, kedatangannya hanya akan mendatangkan petaka baru. Ten Hag pun akan semakin tersudut, persis seperti prediksi Chris Sutton.

Sekali lagi, mantan pemain Inggris yang kini menjadi pundit sudah tegas berkata kepada BBC Radio 5 Live pada awal pekan ini, melansir bbc.com, "Ini adalah langkah yang benar-benar salah dan mata para pendukung. Ada sejuta pemain lain di luar sana yang seharusnya dikaitkan dengan United. Saya tidak mengerti."

Perencanaan buruk

Beruntung Arnautovic dan United belum mencapai kata sepakat. Ia memang sebaiknya tidak meninggalkan kenyamanan di Bologna ketimbang menghadapi ketidakpastian dan besarnya tekanan di Old Trafford. Pemain seperti dia sepertinya bakal tidak sanggup memikul semua.

Simpati pada Arnautovic tetap patut diberikan. Ia adalah "korban" harapan palsu The Red Devils. Fenomena "Pemberi Harapan Palsu" (PHP) memang lazim di dunia sepak bola, terutama menjelang dan selama bursa transfer berlangsung.

Namun, mulai menjadi lumrah bagi Setan Merah untuk selalu tarik-ulur dan hanya berakhir pada minat . Arnautovic bukan satu-satunya yang "di-PHP-in". Sebelum Arnautovic, klub ini sudah dikaitkan dengan sejumlah pemain, mulai dari Frenkie de Jong, Darwin Nunez, Benjamin Sesko, hingga Antony.

Namun, entah mengapa beberapa dari nama itu kini sudah berseragam klub lain.  Ada pula yang nasibnya masih menggantung. Sebuah potret yang sesungguhnya menggambarkan betapa buruknya perencanaan Setan Merah.

Bila demikian, apakah para penggemar masih bisa berharap tim kesayangannya akan kembali ke jalur prestasi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun