Di turnamen pertama, sepak terjang Ginting lebih jauh dibanding Jojo, Shesar Hiren Rhustavito, dan Chico Aura Dwi Wardoyo.
Ginting bertahan hingga babak semifinal sebelum ditaklukkan sang juara dari Denmark, Viktor Axelsen, 15-21 dan 15-21.
Sepekan kemudian, Ginting yang kini berada di posisi enam BWF kembali ditakdirkan bersua pemuncak ranking BWF itu di babak perempat final.
Hasilnya, Ginting sempat memaksa bertarung tiga gim. Namun pada akhirnya Axelsen masih terlalu tangguh untuk dikalahkan. Ginting tak bisa berbuat banyak di set ketiga dan harus takluk 21-13 19-21 21-9.
Axelsen kemudian menunjukkan diri sebagai tunggal putra terbaik dunia dengan kembali menempati podium juara. Selain Ginting, para pemain muda seperti Lee Zii Jia dari Malaysia dan Zhao Jun Peng asal China pun tak berdaya.
Bagaimana Jojo, Vito, dan Chicho? Patut diakui, performa mereka jauh dari memuaskan. Pekan pertama, Jojo dan Vito langsung tersingkir di babak pertama. Vito tak kuasa meladeni Axelsen dan menyerah straight set, 14-21 dan 7-21. Jojo dipermalukan Zhao Jun Peng, 10-21, 21-14, an 21-11.
Chicho yang melangkah dari babak kualifikasi berhasil melewati Christo Popov dari Prancis dan wakil India, Sameer Verma. Namun, langkahnya terhenti di babak kedua di tangan juara dunia 2021 dari Singapura, Loh Kean Yew, 11-21 dan 14-21.
Sepekan berselang, Jojo coba memperbaiki diri. Pemain ranking 8 BWF itu bisa melewati rintangan Kantaphon Wangcharoen dari Thailand, 22-20 dan 21-8, tetapi tersandung di hadapan Zhao Jun Peng, 12-21, 21-18, dan 14-21 di babak kedua.
Sedangkan Vito langsung angkat koper di laga pertama usai dibekuk pemain senior Ng Ka Long Angus dari Hong Kong, 17-21, 21-11, dan 16-21.
Lantas apa yang membuat para pemain tunggal putra kita tak bisa berjaya di kandang sendiri?