Tidak mengherankan nama Rachmat menjadi buah bibir pasca-pertandingan. Ia menjadi bagian penting dari kemenangan Indonesia yang tidak diperkuat Evan Dimas Darmono, Egy Maulana Vikri, hingga para pemain keturunan seperti Sandy Walsh dan Jordi Amat.
Dua nama terakhir batal diboyong lantaran proses naturalisasi belum juga rampung.
Kedua, Â tidak hanya peran para pemain kunci di atas, faktor lain yang membuat Indonesia bisa mengakhiri catatan buruk selama lebih dari empat dekade menghadapi Kuwait adalah motivasi tinggi yang terjelma dalam mental yang kuat.
Seperti disinggung di awal, Indonesia berada dalam situasi yang kurang menguntungkan. Statistik pertemuan, kondisi tim, hingga status sebagai tim tamu.
Dalam situasi seperti itu, kekuatan fisik dan psikis jelas dibutuhkan. Para pemain Indonesia membuktikan mereka adalah para petarung yang pantang menyerah sebelum peluit akhir dibunyikan.
Ketiga, komposisi dan strategi bermain. Shin Tae-yong menurunkan formasi 3-5-2 untuk meladeni Kuwait yang tampil dengan formasi 4-3-3.
Nadeo Argawinata mengisi pos penjaga gawang. Elkan Baggott, Rizky Ridho, dan Fachruddin Aryanto di barisan pertahanan.
Lini tengah diisi Saddil Ramdani, Rachmat Irianto, Marc Klok, Â Ricky Kambuaya, dan Pratama Arhan untuk mendukung duet Irfan Jaya dan Stefano Lilipaly di sektor depan.
Komposisi ini terbukti bisa meredam agresivitas tuan rumah di satu sisi dan menciptakan serangan balik yang berbahaya.
Kuwait memang mendominasi pertandingan. Mereka selalu mengancam. Namun, solidititas para pemain bertahan Indonesia patut diacungi jempol.
Empat pemain bertahan yang dimotori Fachruddin menjelma benteng tangguh. Mereka bisa menghindari gawang Nadeo Argawinata dari kebobolan lebih dari satu gol.