Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Badminton Asia Championship 2022, Kesempatan Tunggal Putra Menjawab Keraguan Para Legenda

28 April 2022   21:05 Diperbarui: 29 April 2022   11:20 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu melihat belum ada pencapaian signifikan tahun ini. Tahun sebelumnya, sektor ini berperan membawa pulang Piala Thomas ke Tanah Air ditambah medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020.

Sementara di tahun ini, belum ada gelar dari turnamen elite seperti Super 1000 yang diraih. Ginting sebenarnya pernah meraih gelar Super 1000. Prestasi itu diukir empat tahun silam, tepatnya di China Open 2018. Ia mengalahkan Kento Momota, 23-21 dan 21-19.

Di tahun yang sama Ginting naik podium Indonesia Masters Super 500. Ginting kemudian kembali menjadi juara di turnamen yang sama pada edisi 2020.

Performa atlet kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu seperti "roaller-coaster." Inkonsistensi memang masih menjadi pekerjaan rumahnya.

Begitu juga Jojo. Setelah menjuarai dua turnamen Super 300, New Zeaan Open 2019 dan Australia Open di tahun yang sama, Jojo baru bisa naik podium tertinggi pada awal tahun ini di Swiss Open. Level turnamen terakhir yang dimenangi pun Super 300.

Jojo sebenarnya hampir meraih gelar Super 500 pertama seminggu setelah Swiss Open, bila saja langkahnya tak tersandung di hadapan pemain pendatang baru dari Tiongkok, Weng Hongyang, 21-12, 19-21, dan 15-21.

Saat itu Jojo hampir saja menggapai klimaks. Sayangnya, ia membuang kesempatan emas di gim kedua.

Tidak mengherankan bila Taufik berkesimpulan demikian. Melihat kemampuan dan grafik, seharusnya kedua pemain itu sudah bisa menambah gelar Super 1000.

Komentar kedua legenda itu tidak sepenuhnya mendapat afirmasi positif. Ada yang berpandangan sebaliknya. Salah satunya datang dari pemain tunggal putra Malaysia, Lee Zii Jia.

"Saya tidak setuju dengan mereka (Swie King dan Taufik). Saya pikir Anthony Ginting dan Jonatan sudah menjadi pemain top dengan jalannya mereka sendiri," demikian pemain peringkat 7 dunia itu menukil New Straits Times.

Bila Taufik menilai keduanya belum bisa bersaing dengan para pemain papan atas, tidak demikian dengan Lee Zii Jia. Menurut sosok yang disebut-sebut sebagai penerus Lee Chong Wei itu, level permainan Jojo dan Ginting sudah pantas disebut pemain elite.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun