Para penggemar Manchester United tentu sedikit bernapas lega setelah manajemen klub meresmikan Erik ten Hag sebagai pelatih permanen, Kamis (21/4/2022) petang WIB. Namun, hingga akhir musim ini fan masih akan berhadapan dengan Ralf Rangnick dan timnya.
Sejak ditangani Rangnick, performa Setan Merah tak juga membaik. Pelatih sementara asal Jerman itu seperti menunjukkan bahwa klub yang bermarkas di Old Trafford itu benar-benar butuh transformasi, tidak hanya pada aspek pemain dan permainan, tetapi juga pelatih.
Kekalahan telak empat gol tanpa balas dari Liverpool sehari sebelumnya adalah puncak penampilan United yang begitu menjemukan, memalukan, serentak menunjukkan seperti apa posisi United di antara tim-tim papan atas Liga Primer Inggris saat ini.
Rangnick memiliki beberapa pertandingan tersisa untuk meninggalkan kesan positif. Walau gagal naik level ke pelatih tetap, setidaknya, ia bisa memberikan tiket Liga Champions kepada klub asal Manchester itu, alih-alih kembali berkutat di Liga Europa, atau bahkan harus terjerembab ke kasta ketiga, UEFA Europa Conference League.
Erik ten Hag datang dari klub terkenal tetapi dari liga yang kurang kompetitif. Namanya sudah terkenal saat membesut Ajax Amsterdam dalam empat musim terakhir, tetapi ia belum diuji dalam tanur persaingan yang lebih ketat seperti Liga Primer Inggris.
Mampukah pelatih 52 tahun itu unjuk gigi di Inggris? Bisakah Erik menunjukkan bahwa dirinya bisa menjaga standar kualitas dan prestasi di level tertinggi?
Mengapa Erik ten Hag?
Baiklah kita sedikit menggali alasan di balik penunjukkan Erik yang disodori kontrak hingga 2025 dengan opsi perpajangan setahun.
Sebelumnya tidak hanya nama Erik yang disebut. Ada Mauricio Pochettino, Luis Enrique, Brendan Rodgers hingga Zinedine Zidane. Â Erik dan Pochettino kemudian menguat setelah Rodgers memperpanjang kontrak bersama Leicester City dan Enrique menegaskan komitmennya menjadi pelatih timnas Spanyol di Piala Dunia 2022.
Dari sumber-sumber dekat United, melansir manchesterveningnews.co.uk, Erik dianggap sebagai manajer yang paling dekat dengan identitas dan strategi klub. Ia memiliki gaya permainan atraktif, menyerang, dan memiliki komitmen pada regenerasi.
Ia dipandang sebagai salah satu pelatih yang cukup mencuri perhatian dan konsisten di kancah sepak bola Eropa. Â Kiprahnya bersama Ajax membuat pihak United kepincut. Ditambah lagi Erik bisa meyakinkan manajemen klub dengan visi jangka panjang yang jelas dan menarik.
Pengalamanya di Belanda dan Jerman-pernah menangani Bayern Muenchen II pada 2013 hingga 2015-dianggap bisa memberikan pengaruh pada United.
Sementara itu, Pochettino yang langsung diburu United setelah Ole Gunnar Solskjaer pada November 2021, ternyata tidak tergoda. Dengan pengalamannya menjadi pelatih di Inggris seperti bersama Tottenham Hotspur sebelum hijrah ke Paris Saint-Germain menjadikan pelatih asal Argentina itu sebagai target utama.
Namun, United dan Pochettino gagal mencapai kata sepakat. United enggan membayar biaya pelepasan.
Begitu juga skenario Pochettino ke Old Trafford sementara Zidane menjadi suksesornya pun tak tercipta. Â Peluang Zidane ke Parc des Princes masih terbuka setelah Pochettino gagal mewujudkan target juara Liga Champions Eropa.
Bila itu terjadi, maka Pochettino hanya akan mengelus dada karena sudah kehilangan kesempatan menangani United. Kehadiran Erik ketimbang Pochettino membuat manajemen United bisa terhindar dari serangan konfrontatif dan hanya akan menghadapi seorang pelatih yang patuh.
Aneka tantangan
Erik ten Hag akan menjadi manajer permanen kelima sejak pensiunnya Sir Alex Ferguson pada 2013 lalu. Nasib para pengganti tidak lebih baik dari Ferguson, mulai dari David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, hingga Ole Gunnar Solskjaer.
Nama-nama di atas bukan pelatih sembarangan. Bila sampai mereka belum bisa mengembalikan level permainan dan prestasi, maka sesungguhnya ada ganjakan mendasar.
Dengan demikian, tantangan yang akan dihadapi Ten Hag tidak lebih mudah dari para pendahulunya. Bahkan, akan jauh lebih sulit.
Pertama, dibanding Pochettino misalnya, Ten Hag belum bersentuhan langsung dengan karakter sepak bola Inggris. Permainan yang menguras energi dan jadwal pertandingan yang padat adalah beberapa dari antaranya.
Situasi tersebut berbeda dengan yang dialami Erik dalam beberapa musim terakhir di Eredivisie. Erik masih memiliki lima pertandingan bersama Ajax, sementara United dua pertandingan lebih banyak hingga akhir musim. Bila United tidak tersingkir dari Piala FA dan Carabao Cup, jumlah tersebut tentu akan bertambah.
Kedua, Erik datang bersama harapan yang tidak kecil. Ekspektasi padanya tentu tinggi. Ia memiliki waktu yang singkat untuk mengenal para pemain, melihat dari dekat bagaimana kondisi tim sesungguhnya, hingga mulai mentransfer filosofinya, sebelum memulai musim baru.
Ditambah lagi, dalam perjalanan waktu, ia akan diganggu dengan agenda Piala Dunia yang akan dimulai pada November nanti. Para pemain United tentu akan tersita perhatiannya dengan pesta olahraga antarnegara empat tahunan itu.
Ketiga, memanfaatkan amunisi yang ada. Kita belum tahu rencana Erik di bursa transfer nanti. Penampilan United yang tak memuaskan memacu banyak selentingan di antaranya agar United melepas sebagian besar pemainnya.
Paul Pogba, Jesse Lingard, Edinson Cavani dan Juan Mata akan habis kontrak. Phil Jones masih terikat kerja sama hingga 2023 tetapi ia hanya tampil dua kali dalam dua tahun terakhir.
Nama-nama seperti Dean Henderson, bek tengah Eric Bailly, dan penyerang Inggris Marcus Rashford, dikabarkan akan angkat kaki.
Sementara itu, Anthony Martial, Donny van de Beek dan Brandon Williams belum juga memuaskan Sevilla, Everton dan Norwich yang meminjam mereka. Begitu juga Amad Diallo bersama Rangers.
Erik tentu sudah memiliki rencana di kepala tentang bagaimana berhadapan dengan situasi tersebut. Apakah ia  akan memaksimalkan sumber daya pemain yang ada atau memaksa manajemen untuk mendatangkan amunisi-amunisi baru?
Keempat, selain itu, di tim ini ada salah satu pemain senior dengan pengaruh yang cukup besar. Dia adalah Cristiano Ronaldo. Walau usianya tak muda lagi, kehadiran Ronaldo seperti seberkas cahaya di tengah kesuraman United.
Apakah Ten Hag masih akan menggunakan jasa pemain yang mencetak 21 gol musim ini? Atau Ia akan mengikuti saran sejumlah pihak agar membuka pintu keluar baginya dan berusaha untuk membujuk Cavani agar bertahan setidaknya semusim lagi?
Selain itu, kinerja lini pertahanan United menjadi titik lemah utama. Penampilan Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka yang memukai di awal, tetapi menjadi bulan-bulanan kemudian. Investasi sebesar 180 juta poundsterling untuk Maguire, Raphael Varane, Victor Lindelof, dan Bailly sejak 2016 seperti sia-sia belaka.
Harapan Realistis
Situasi United yang tidak menentu tetap tidak mengurangi harapan tinggi pada Ten Hag. Justru, kehadirannya bisa dianggap sebagai penolong untuk mengangkat kembali derajat klub tersebut.
Patut dicatat, sejak menjuarai Liga Europa 2017 bersama Mourinho, United mengalami paceklik gelar.
Harapan penggemar dan manajemen tentu melihat tim tersebut kembali menginjakkan kaki di podium juara.
Target tersebut tentu tidak mudah dicapai. Di tingkat domestik, Erik harus beradu dengan tim-tim sekelas Manchester City dan Liverpool yang memiliki performa yang stabil, bahkan cenderung meningkat.
Berhadapan dengan Liverpool, United dianggap sudah ketinggalan enam tahun di belakang. Agregat 0-9 di musim ini adalah bukti.
Namun, target realistis yang sekiranya tidak membuat Ten Hag terlalu terbebani adalah finis di empat besar. Situasi United saat ini cukup sulit untuk memprediksi tim ini bakal mengakhiri kompetisi di zona Liga Champions.
Bila sampai itu terjadi dan terjadi lagi musim depan, maka akan menjadi musim keempat bagi United absen di kompetisi presitisus dan kasta tertinggi di Eropa itu.
Ada yang berpandangan untuk mengembalikan United ke jalur positif, apalagi sampai terbiasa dengan kemenangan, butuh waktu.
Namun, Ten Hag pun telah mafhum, ia bukan lagi pelatih Axax. Ia kini menangani Manchester United. Â Tekanan dari berbagai sisi, baik dari manajemen, penggemar, hingga media akan datang setiap saat.
Selamat bertugas Erik ten Hag!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H