Selain itu, kinerja lini pertahanan United menjadi titik lemah utama. Penampilan Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka yang memukai di awal, tetapi menjadi bulan-bulanan kemudian. Investasi sebesar 180 juta poundsterling untuk Maguire, Raphael Varane, Victor Lindelof, dan Bailly sejak 2016 seperti sia-sia belaka.
Harapan Realistis
Situasi United yang tidak menentu tetap tidak mengurangi harapan tinggi pada Ten Hag. Justru, kehadirannya bisa dianggap sebagai penolong untuk mengangkat kembali derajat klub tersebut.
Patut dicatat, sejak menjuarai Liga Europa 2017 bersama Mourinho, United mengalami paceklik gelar.
Harapan penggemar dan manajemen tentu melihat tim tersebut kembali menginjakkan kaki di podium juara.
Target tersebut tentu tidak mudah dicapai. Di tingkat domestik, Erik harus beradu dengan tim-tim sekelas Manchester City dan Liverpool yang memiliki performa yang stabil, bahkan cenderung meningkat.
Berhadapan dengan Liverpool, United dianggap sudah ketinggalan enam tahun di belakang. Agregat 0-9 di musim ini adalah bukti.
Namun, target realistis yang sekiranya tidak membuat Ten Hag terlalu terbebani adalah finis di empat besar. Situasi United saat ini cukup sulit untuk memprediksi tim ini bakal mengakhiri kompetisi di zona Liga Champions.
Bila sampai itu terjadi dan terjadi lagi musim depan, maka akan menjadi musim keempat bagi United absen di kompetisi presitisus dan kasta tertinggi di Eropa itu.
Ada yang berpandangan untuk mengembalikan United ke jalur positif, apalagi sampai terbiasa dengan kemenangan, butuh waktu.
Namun, Ten Hag pun telah mafhum, ia bukan lagi pelatih Axax. Ia kini menangani Manchester United. Â Tekanan dari berbagai sisi, baik dari manajemen, penggemar, hingga media akan datang setiap saat.