Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Rapor Merah Persipura, Sebab Sang "Jenderal" dari Timur Itu Terdepak dari Liga 1

1 April 2022   05:01 Diperbarui: 1 April 2022   09:32 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para pemain dan pelatih seperti tak percaya. Sedih. Kecewa. Marah. Rupa-rupa perasaan menyatu dan membuncah dalam berbagai rupa. 

Begitu juga para penggemar. Namun, hasil akhir sudah ditentukan. Persipura Jayapura turun kasta ke Liga 2.

Terdegradasinya Persipura  dari Liga 1 memang pantas menjadi buah bibir. Bukan semata-mata karena baru pertama mengalaminya sejak era Liga Indonesia dimulai pada musim 1994/1995 lalu.

Klub ini tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Papua tetapi juga Indonesia. Dari timur Indonesia, kemilau cahanya berpendar ke berbagai penjuru. Menjadi tim paling sukses di era Liga Indonesia dan sudah membanggakan negara ini di level Asia.

Belum ada tim lain yang mampu mengulangi pencapaian Persipura pada 2014: nyaris lolos ke final Piala AFC bila tidak dihentikan Al-Qadsia SC dari Kuwait.

Sayangnya, Persipura dengan Boaz Salossa yang tengah hebat-hebatnya, keok dengan agregat cukup mencolok, 2-10.

Petaka di menit akhir

Persipura sebenarnya meraih hasil positif di pekan terakhir. Menghadapi Persita Tengerang di Stadion Kompyang Sujana, Denpasar, Bali, Kamis (31/3/2021), Persipura menang tiga gol tanpa balas.

Ternyata gol Yohanes Pahabol, Yevhen Bohasvili, dan Ramiro Ferginzi tidak cukup membantu. Tambahan tiga poin belum cukup menyelamatkan mereka dari jurang degradasi.

Sebab, pada waktu bersamaan dua tim lain yang juga bersaing keluar dari zona merah yakni Barito Putera dan PSS Sleman berhasil memetik poin.

PSS Sleman membuat kejutan dengan menggulung Persija Jakarta 2-0. Sementara itu, Barito mampu menahan imbang Persib Bandung, 1-1.

 Persib lebih dulu memimpin di menit ke-52 setelah Beckham Putra Nugraha sukses mengkonversi umpan Frets Butuan.

Maung Bandung hampir saja menggandakan keunggulan di menit ke-58. Beruntung bagi Barito, eksekusi penalti David Da Silva masih bisa diamankan Muhammad Riyandi.

Barito mendapatkan momentum emas jelang bubaran. Tepat di menit ke-84, Beni Oktovianto berhasil mencatatkan namanya di papan skor. Hasil imbang pun bertahan sampai laga usai.

Tambahan tiga angka membuat PSS merangsek ke posisi ke-13, menggusur PSM Makassar. PSS selamat dari jurang maut.

Begitu juga Barito Putera. Satu angka dari gol menit akhir sungguh menyelamatkan mereka. Koleksi poin Barito dan Persipura sama banyak: 36 dari 34 laga.

Hanya saja, Barito lebih berhak menempati posisi ke-15, satu tingkat di atas Persipura. Alasannya, Barito unggul "head to head" dari Persipura. Barito selalu menang dalam dua pertemuan, masing-masing 1-0 di pertemuan pertama dan 3-0 di perjumpaan kedua.

Tidak ada yang bisa menyelamatkan Persipura walau seandainya rekor pertemuan keduanya sama kuat. Dari selisih gol, Persipura pun kalah, -8 berbanding -11.

Lambat panas

Sebenarnya, Perjalanan Persipura di pekan-pekan terakhir begitu mulus. Tak terkalahkan dalam tujuh laga beruntun, masing-masing lima kali menang dan dua kali seri. Lima kemenangan beruntun diraih hingga laga pamungkas.

Bila demikian mengapa Persipura harus terjungkal? Ya, performa Persipura sejak awal musim tak konsisten. Persipura tak langsung panas sejak awal. Hingga pekan ke-11, Persipura masih berkutat di dasar klasemen buntut dari delapan kekalahan, dua hasil seri, dan hanya sekali menang.

Pelatih saat itu, Jacksen F Tiago beralasan. Performa timnya jeblok karena banyak pemain utama absen, entah karena cedera, akumulasi kartu, maupun terganggu oleh panggilan tim nasional.

Ya, Persipura pernah kehilangan delapan pemain saat menghadapi Bali United. Ricardo Salampessy, Ian Kabes, Ricky Kayame, Donny Monim, Henrique Motta, Ramai Rumakiek, dan Immanuel Rumbiak. Hanya satu dari antaranya yakni Donny Monim yang absen karena akumulasi kartu.

Jacksen sangat yakin kala itu timnya bisa bangkit. Bahkan bisa lebih di putaran berikutnya. Namun, itu terjadi jika dan hanya jika kekuatan tim kembali utuh.

Sayangnya, sebelum Jacksen mewujudkan janjinya itu, ia sudah harus kehilangan jabatan. Manajemen Persipura tak bisa memberinya waktu lebih lama. Ia bersama pelatih fisik Breno Araujo didepak.

Berganti pelatih pun tak mempan. Kekalahan dari Barito Putera, 0-3, di pekan ke-26 pada pertengahan Februari 2022 kembali membawa Persipura ke zona degradasi. 

Jumlah poin Persipura yang ditangani Alfredo Vera sama banyak dengan Barito. Namun, Barito unggul selisih gol sehingga berhak menempati batas akhir zona nyaman.

Sejak itu, Persipura berkarib dengan Persela Lamongan dan Persiraja Banda Aceh hingga lengser ke Liga 2.

Tindakan indisipliner

Saya berani menyebut sebab lain yang membuat Persipura kemudian menyesali nasibnya adalah karena kesalahan sendiri. Tidak semata-mata karena tak bisa memenangkan pertandingan, tetapi kehilangan pemain dan poin bukan karena alasan yang mendasar.

Mengapa demikian? Persipura seharusnya masih memiliki Boaz dan Tinus Pae. Kedua pemain itu kemudian dicoret dari tim karena tindakan indisipliner, begitu alasan klub.

Persipura harus menjalani putaran pertama tanpa dua pemain berpengalaman yang kehadirannya sungguh diperlukan dalam tim yang diisi banyak pemain muda. Tinus kemudian kembali dipanggil dan bersama beberapa pemain senior lainnya bertarung hingga akhir.

Seandainya Boaz dan Tinus bertahan setidaknya Persipura masih bisa terhindar dari degradasi di putaran awal. Start buruk itu kemudian diperparah dengan bencana yang menimpa Todd Rivaldo Ferre.

Todd disanksi 12 bulan tak boleh bertanding karena memukul wasit dan berkata kasar. Pemain potensial yang selalu menjadi pilihan utama itu harus menepi sejak pekan ke-12.

Tidak hanya itu. Pemain muda lainnya Ramai Rumakiek harus berbagi waktu dengan tugas negara. Ia hanya bisa bermain di 13 pertandingan karena sebagian waktunya bersama tim nasional. 

Pemanggilan Ramai tentu bukan alasan utama. Klub-klub lain juga mengirim para pemainnya, bahkan dalam jumlah yang lebih banyak untuk memenuhi panggilan Shin Tae-yong.  

Yang sungguh disayangkan adalah tindakan tak patut yang seharusnya bisa dihindari.

 Tindakan tak profesional juga terlihat pada awal bulan ini. Tim tersebut harus kehilangan tiga poin secara cuma-cuma karena absen di pekan ke-22 menghadapi Madura United.

Pihak penyelenggara bergeming dengan alasan Persipura yakni kekurangan pemain karena terjangan badai Covid-19. Kemudian menjatuhkan sanksi yang cukup mempengaruhi Persipura, baik secara finansial maupun poin.

Pengurangan tiga poin membuat Persipura kembali bersaing dengan Barito di zona degradasi. 

Seandainya Persipura tetap bertanding saat itu, apalagi pihak penyelenggara yakin Persipura masih punya cukup pemain, maka mereka hanya akan kehilangan satu poin bila kalah. Sebaliknya, kalau menang, maka posisi Persipura bakal jauh lebih baik.

Bangkit 

Sepanjang sejarah, klub tersebut pernah mengalami saat-saat kritis. Persipura pernah punya pengalaman hampir terdegradasi.

Generasi Eduard Ivakdalam dua kali nyaris terdegradasi di era Liga Indonesia. Pertama, pada musim Ligina V 1998/1999. Saat itu mereka finis di posisi kelima grup 5 (Wilayah Timur) dari enam kontestan.

Kedua, di musim Ligina VII 2000/2001. Persipura akhirnya mampu mengakhiri musim di posisi kedelapan setelah sempat terpuruk di papan bawah.

Sejak itu, Persipura butuh waktu untuk mendapatkan keseimbangan baru. Baru di tahun 2005, Persipura akhirnya memulai masa keemasan. Gelar pertama di era Liga Indonesia yang berlanjut di  Liga Super Indonesia 2008/2009,  Indonesia Super League 2010/2011, dan 2013.

Pil pahit yang harus ditelan di musim ini tentu menjadi obat penyembuh bagi Persipura yang memang perlu memulihkan diri. 

Rapor merah, seperti salah satu warna jersey kebanggaan tim merah-hitam ini, yang ditorehkan musim ini, perlu dievaluasi serius. Membenahi kembali sumber daya pemain, mematangkan para pemain muda baik secara fisik maupun mental, dan mempertimbangkan secara matang rekrutmen para pemain, termasuk pemain asing, adalah beberapa dari pekerjaan rumah tersebut.

Bila itu sungguh dilakukan, maka hanya soal waktu sang "jenderal" bintang empat dari Timur ini akan kembali bugar untuk menempati takhtanya lagi.

Come back stronger "Jenderal"!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun