Judul di atas mungkin tampak berlebihan. Bisa menggerus semangat para srikandi Indonesia yang akan menghadapi Thailand di babak perempat final Piala Uber 2020 di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Kamis (14/10/2021) malam WIB.
Walau demikian, ada sisi yang cukup bisa dipahami, sekaligus memotivasi semangat skuat Garuda. Â Dalam posisi kurang diunggulkan, tidak ada beban berlebihan yang dibawa ke palagan. Para pemain pun bisa bermain lepas sekuat-kuatnya dan sehormat-hormatnya.
Jam terbang dan kedalaman skuad tim Uber Indonesia memang tidak lebih baik dari Thailand. Bila Indonesia bermaterikan mayoritas pemain muda minim pengalaman internasional, tidak demikian dengan lawannya.
Ditambah lagi, skuat Negeri Gajah Putri akan diperkuat tunggal putri terbaiknya, Ratchanok Intanon. Intanon sempat menepi sepanjang fase grup usai dirundung duka karena kepergian sang ibu, Kamphan Suwanddasala pada Agustus lalu.
Lebih Mulus
Tanpa mantan nomor satu dunia itu, Thailand bisa meraih hasil sempurna di tiga pertandingan penyisihan Grup B. Menghadapi Skotlandia, Spanyo, hingga India, tim Thailand selalu sapu bersih kemenangan.
Kemenangan telak 5-0 atas ketiga kontestan itu meloloskan Thailand ke babak gugur dengan status juara grup. Sepanjang fase grup, kekuatan tunggal putri Thailand bertumpu pada Pornpawee Chochunwong, Busanan Ongbamrungphan, Supanida Katethong, dan Phittayaporn Chaiwan.
Pornpawee (ranking 10 dunia) dan Busanan (ranking 13 dunia) tak tergantikan sebagai tunggal pertama dan kedua. Sementara itu, Supanida (ranking 33) saling berganti posisi dengan Phittayaporn (ranking 31) sebagai tunggal ketiga.
Posisi Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai (ranking 8) dan Puttita Supajirakul/SapsireeTaerattanachai (ranking 22) pun tak gergoyahkan sebagai tumpuan di kedua nomor ganda.
Kemenangan telak para pemain Thailand atas lawan-lawannya tidak lepas dari absennya pemain unggulan Spanyol dan India. Spanyol tidak diperkuat Carolina Marin (ranking 4 dunia). Sementara itu India tanpa P.V.Sindu (ranking 7 dunia).
Bagaimana Indonesia?
Perjalanan Indonesia tidak semulus Thailand. Indoensia tanpa kesulitan menghadapi Jerman dan Prancis di dua pertandingan awal. Di kedua laga itu, Indonesia hanya kehilangan satu "match."
Namun, di partai terakhir menghadapi Jepang, Indonesia tak berkutik. Kekuatan Jepang belum bisa ditandingi. Alih-alih bersaing ketat, yang bisa dilakukan para pemain muda Indonesia adalah belajar dari para pemain top dari Negeri Matahari Terbit itu. Kalah telak 0-5, Indonesia lolos ke delapa besar sebagai runner-up.
Dejavu
Pertemuan Indonesia kontra Thailand seperti "dejavu." Dua tim ini sudah bersua tiga kali di ajang serupa. Mula-mula edisi 1994 saat diperkuat para pemain jempolan seperti Susi Susanti dan Mia Audina. Thailand saat itu berstatus debutan sehingga bisa dengan mudah dikalahkan Indonesia yang kemudian menjadi jawara.
Selanjutnya, pada edisi 2016. Baik pertemuan pertama maupun kedua, terjadi di fase grup. Hasil akhir pun berpihak pada Indonesia yang kembali menang tetapi dengan skor tipis 3-2.
Persaingan ketat juga terjadi di jilid ketiga. Thailand yang berstatus tuan rumah menang 3-2 untuk mendapatkan satu tiket ke babak semi final. Thailand kemudian melaju hingga partai final usai mencatatkan kemenangan spektakuler, 3-2, atas China.
Sayangnya, tuan rumah gagal mencapai klimaks. Di laga pamungkas, Ratchanok dan kawan-kawan menyerah 0-3 dari Jepang.
Komposisi pemain Thailand tidak banyak berubah sejak edisi sebelumnya. Sementara itu, Indonesia akan bergantung pada Gregoria Mariska dan Apriyani Rahayu sebagai pemain yang sudah memiliki jam terbang di turnamen beregu itu. Selebihnya, adalah debutan.
Pertama, Jorji, begitu Gregoria disapa, berpotensi menghadapi Intanon. Keduanya akan ditempatkan sebagai tunggal pertama, sekaligus pembuka jalan bagi rekan-rekannya.
Jorji suda tiga kali tampil di Piala Uber. Dari sisi mental mestinya sudah lebih tebal. Hanya saja, Jorji, berperingkat 21 dunia, memiliki rekor yang kurang bagus saat berhadapan dengan Intanon. Jorji, kelahiran Wonogiri, 22 tahun silam, tak pernah menang dalam delapan pertemuan terakhir.
Kekalahan terakhir belum lama terjadi. Jorji takluk dari Intanon di perempat final Olimpiade Tokyo. Saat itu, Jorji menyerah straight set, 12-21 dan 19-21.
Meski begitu, Jorji bisa memanfaatkan keunggulan mental dan kebugaran. Lawannya yang kini berada di posisi enam dunia belum mendapatkan kepercayaan diri sepenuhnya. Fisiknya pun belum kembali 100 persen. Kepergian orang terdekatnya itu sungguh menguras tenaga dan semangatnya.
Intanon mengakui hal itu. "Untuk kondisi mental, saya akui banyak hal yang mengecewakan dalam hidup saya," beber Intanon melansir Stadium Thailand.
Hanya saja, Intanon bisa jadi mengubah kedukaan menjadi semangat. Intanon bisa semakin terpacu untuk memberi kemenangan sebagai hadiah bagi sang ibu.
"Tapi saya jadikan itu sebagai motivasi untuk diri sendiri, karena kita harus berusaha untuk melihat ke depan Agar tidak membiarkan diri Anda terjebak di masa lalu dan ingin menyampaikan kepada ibu bahwa kita siap untuk move on."
Jorji memiliki modal bagus. Penampilannya yang semakin baik, serta rekor pribadi tak pernah kalah di sepanjang Piala Uber diharapkan bisa diterjemahkan dalam penampilan heroik menghadapi Intanon.
Kejutan yang dibuat Jorji sangat berpengaruh pada penampilan anggota tim lainnya. Kemenangan akan membakar semangat rekan-rekannya. Begitu juga sebaliknya.
Faktor Olimpiade
Kedua, bila mampu meraih medali emas Olimpiade Tokyo, mestinya bisa berbicara banyak di Piala Uber. Demikian harapan kita pada Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Pasangan berbeda generasi ini diharapkan bisa menjaga api kemenangan di Tokyo beberapa waktu lalu untuk menyumbang poin kemenangan bagi tim Merah-Putih.
Greys/Apri sejauh ini masih berada di jalur positif. Tiga kemenangan di Piala Sudirman 2021 dan sekali menang saat diturunkan di fase grup Piala Uber menghadapi Jerman.
Lawan yang bakal dihadapinya adalah Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai. Secara peringkat, kedua pasangan itu tidak terpaut jauh.
Greys/Apri yang berada dua tingkat di depan lawannya itu, memiliki keuntungan tambahan. Yakni, rekor "head to head". Dalam enam pertemuan sebelumnya, Greys/Apri mampu memetik lima kemenangan.
Kita berharap performa Greys/Apri tetap stabil. Berbagai modal yang dimiliki bisa diterjemahkan secara paripura di lapangan pertandingan.
Ketiga, Siti Fadia/Ribka Sugiarto hampir pasti menjadi ganda kedua. Mengikuti alur peringkat, keduanya bakal menantang Puttita Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai.
Pengalaman Fadia/Ribka memang tak sebanyak lawannya. Namun, Fadia/Ribka tetap berpeluang menyumbang kemenangan. Salah satu alasan yakni mengacu pada penampilan mereka yang cukup baik sejauh ini.
Keduanya menunjukan semangat juang tinggi, rotasi dan variasi permainan keduanya semakin baik. Keduanya sukses merepotkan ganda unggulan dari Jepang, bahkan hampir membuat kejutan bila saja tidak kehilangan sejumlah momentum emas.
Menghadapi Puttita/Sapsiree, Fadia/Riba bisa menimba semangat dan mengambil pelajaran dari Greys/Apri yang mampu menaklukkan pasangan itu di awal tahun. Tentu, ada sisi-sisi lemah dari lawannya yang bisa dimanfaatkan Fadia/Ribka untuk mencuri poin demi poin.
Keempat, Indonesia tidak punya pilihan lain di tunggal kedua dan ketiga. Nandini Putri Arumni yang tengah dibekap cedera di tengah pertandingan versus Yaelle Hoyaux dari Prancis di babak grup, membuat pilihan akan jatuh pada Putri Kusuma Wardana dan Ester Nurumi.
Putri KW akan menjadi tunggal kedua dan berpotensi menghadapi Pornpawee. Keduanya masih berusia muda. Namun, pengalaman Pornpawee jauh lebih memadai. Sejak awal tahun pemain 23 tahun itu menunjukkan grafik peningkatan yang positif.
Hal serupa terjadi juga pada Putri. Walau masih merangkak dari luar peringkat 100 besar, sepak terjang Putri sejauh ini terus membaik.
Postur tubuh jangkung membuat langkah kaki dan daya jelajahnya bisa lebih cepat, berikut kemampuannya melepaskan smes-smes keras, dan drop shot menyilang. Segenap kualitasnya ini diharapkan bisa diaplikasikan saat menghadapi Pornpawee yang kualitasnya di pentas internasional sudah lebih dulu teruji.
Bagaimana peluang Ester? Patut diakui, menghadapi Busanan ibaratnya pertemuan antara Daud versus Goliat. Ester, debutan di turnamen ini harus menghadapi Busanan yang sudah menjadi salah satu tunggal putri papan atas dunia.
Ester yang baru berusia 16 tahun belum banyak membuktikan kemampuannya di panggung ini. Ia selalu kalah di fase grup. Lawan yang dihadapi pun bukan sekelas Busanan.
Dengan demikian, Ester harus bekerja ekstra keras untuk mengimbangi lawannya yang berperingkat 13 dunia.
Kita berharap, Ester tidak sampai memikul tanggung jawab sebagai penentu. Bila sampai itu terjadi, maka hanya keajaiban yang benar-benar bisa meloloskan Indonesia.
Selamat bertarung para srikandi Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H