Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Lee Zii Jia Semakin Matang di Tangan Hendrawan, Bagaimana Tunggal Putra Kita?

6 Oktober 2021   07:49 Diperbarui: 6 Oktober 2021   12:39 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Jalan masih panjang. Menang tidak perlu dipuji setinggi langit. Kalah tidak perlu diserang/dihantam seperti ditenggelamkan ke dalam air."

(Hendrawan)

 Ada satu momen emosional yang ditunjukkan Hendrawan saat diwawancarai Astro Nadi Arena pada Selasa, 23 Maret 2021 lalu. Wawancara itu terjadi dua hari setelah Lee Zii Jia naik podium tertinggi di All England.

Lee Zii Jia menjadi juara di turnamen tertua di dunia yang berlangsung di Utilita Arena, Birmingham, Inggris, dengan mengalahkan Viktor Axelsen. Kemenangan fenomenal pemain tunggal putra Malaysia itu terjadi melalui pertarungan epik rubber set, 30-29, 20-22, 21-9.

Rakyat Negeri Jiran larut dalam sukacita. Gelar juara itu mengakhiri penantian Malaysia sejak Lee Chong Wei mengukirnya pada 2017. Seorang pemain muda, kini berusia 23 tahun, berhasil menuntaskan puasa gelar di turnamen prestisius itu.

Di tengah euforia itu, Hendrawan justru menunjukkan sesuatu yang tampak sebaliknya. Hendrawan harus menyeka air matanya. Perasaannya seperti campur aduk, antara sedih dan bahagia.

Di satu sisi, sebagai pelatih kepala tunggal putra Malaysia, gelar juara tersebut sungguh menggembirakan. Di sisi lain, pencapaian itu sekaligus menjadi jawaban atas berbagai kritik yang menyasar dirinya.

Lee Zii Jia di podium juara All England 2021: Badminton Photo
Lee Zii Jia di podium juara All England 2021: Badminton Photo

Sejak menjadi pelatih kepala pada awal tahun sebelumnya, Hendrawan harus berjuang untuk bisa menjawab kepercayaan Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM). Salah satu tantangan terberat terjadi di awal tahun ini.

Tiga turnamen digelar di Thailand. Ternyata Leg Asia itu tak berpihak pada tunggal putra Malaysia. Lee Zii Jia yang digadang-gadang menjadi penerus Lee Chong Wei sekaligus harapan utama tunggal putra, bermain antiklimaks.

Kegagalan itu mendatangkan kritik. Tidak hanya pada sang pemain, tetapi juga Hendrawan. Hendrawan sudah putus asa. Sejak menjabat posisi itu tak ada turnamen yang bisa diikuti karena hantaman pandemi. Sampai perhelatan Yonex Thailand Open, Toyota Thailand Open, dan World Tour Finals 2020.

Ternyata, tiga ujian pertama yang datang berbarengan itu tidak bisa dilewati dengan baik. Merasa gagal, ia pun mengambil sikap. Ia menyerahkan surat pengunduran diri.

"Tetapi BAM menolak menyetujui surat pengunduran diri dan meminta saya untuk mencoba lagi."

Kepercayaan tersebut kemudian ditebusnya di panggung All England. Dirinya memang sudah 10 tahun berkecimpung di dunia bulutangkis Malaysia. Namun, menempati posisi penting itu baru sekali ini. Pengalaman yang kemudian mengerucut pada kesimpulan, "Saya tahu menjadi pelatih kepala di Malaysia tidak mudah."

Hendrawan tidak menyangka salah satu anak binaannya itu bisa mengukir prestasi fenomenal. Tidak tanggung-tanggung, lawan-lawan yang ditaklukkannya adalah dua unggulan teratas, dua pemain berperingkat paling tinggi saat ini: Kento Momota dan Axelsen.

"Benar-benar kejutan. Bagi seorang pemain yang telah kehilangan kepercayaan diri untuk bangkit kembali dalam waktu sesingkat itu dan menampilkan performa terbaik dalam karirnya, itu hampir mustahil," ungkap Hendrawan pada SportFEAT dari The Star.

Tidak hanya Hendrawan. Lee Zii Jia juga terpukul dengan hasil buruk di awal tahun. Menurut pengamatan Hendrawan, Lee pun mengalami situasi serupa.

Ia bahkan sempat menyarankan Lee menenangkan diri dan rehat dari sejumlah agenda kompetisi. Swiss Open yang digelar sebelum All England diharapkan bisa membangkitkan kepercayaan diri Zii Jia. Namun langkahnya terhenti di semi final. Ia kalah dari pemain 19 tahun Thailand, Kunlavut Vitidsarn.

Harapan untuk mendapatkan kembali kepercayaan dengan menjadi juara Swiss Open ternyata tak terpenuhi. Situasi saat itu sungguh dilematis. Sebelumnya, mereka berketetapan, bila sang pemain dinilai belum siap, maka mereka tidak segan menarik Zii Jia dari All England.

"Setelah pertandingan, saya memberinya waktu satu hari untuk menenangkan diri sebelum bertanya lagi apakah dia ingin bermain di All England."

Di tengah keterpurukan itu, Lee justru mendapatkan suntikan semangat. Kepercayaan dirinya seketika membuncah. Ia pun mengatakan kepada Hendrawan untuk mencoba peruntungan di All England. Hasilnya? Mengejutkan!

Hendrawan tidak melihat dari dekat bagaimana perjuangan Lee Zii Jia di Birmingham. Ia tidak bisa ikut berangkat ke Inggris karena terkendala visa. Namun, ia tetap memantau perjuangan Lee dari jauh. Walau tak menjadi sosok yang berada paling dekat saat Lee Zii Jia angkat trofi, kebahagiaan Hendrawan sama sekali tidak menyusut.

"Tidak apa-apa saya tidak bisa berada di sana. Saya masih orang yang paling bahagia dan paling bangga (atas kemenangannya)."

Profil Lee Zii Jia: bwfbadminton.com
Profil Lee Zii Jia: bwfbadminton.com

Semakin matang

Berbagai tantangan itu justru membuat Lee dan Hendrawan semakin kuat. Hal ini dibuktikan dari sepak terjang mereka di Piala Sudirman 2021 yang baru saja usai di Energia Areena, Vantaa, Finlandia, pada Minggu (3/10/2021) lalu.

Malaysia yang berkekuatan para pemain muda dengan usia rerata 22 tahun mampu melampaui target. Mereka semula datang dengan harapan bisa mencapai babak perempat final. Ternyata, dalam kenyataannya, Negeri Jiran bisa melangkah setapak lebih jauh.

Lee mengambil peran penting di balik pencapaian Malaysia hingga babak semi final. Lee terlihat semakin matang, baik sebagai pribadi maupun pemain. Sebagai pribadi, hal ini ditunjukkan dalam perjuangannya di lapangan pertandingan yang selalu menempatkan kepentingan tim di atas segalanya.

Saat menghadapi Jepang di babak semi final, Lee tampil di partai ketiga. Saat itu, Malaysia sudah tertinggal 0-2. Lee tampaknya semakin bersemangat untuk tidak lekas menyerahkan tiket final kepada Jepang.

Walau kurang diunggulkan, Lee terbukti mampu membalikan berbagai prediksi. Ia membungkam pemain nomor satu jepang sekaligus berada di ranking satu dunia, Kento Momota. Lee tampil meyakinkan. Ia menang dua gim, 22-20 dan 21-19, sekaligus memperpanjang nafas harapan timnya.

"Melihat Aaron dan Wooi Yik; mereka tidak bisa menang. Sebagai kapten saya harus meningkatkan semangat juang bersama. Juga untuk diri saya sendiri... Jika saya kalah hari ini saya akan kalah dua kali dalam satu turnamen."

Ekpresi Lee Zii Jia usai kembali mengalahkan Kento Momota di Piala Sudirman 2021, sebelumnya ia membungkam Momota di All England 2021: badminton photo
Ekpresi Lee Zii Jia usai kembali mengalahkan Kento Momota di Piala Sudirman 2021, sebelumnya ia membungkam Momota di All England 2021: badminton photo

Begitu komentar Lee saat diwawancara BWF usai pertandingan. Apa yang dikatakan Lee sebenarnya menyiratkan besarnya rasa tanggung jawabnya baik sebagai pemain maupun yang dipercaya menyandang ban kapten.

"Saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya saat ini. Saya ingin menunjukkan kepada penggemar saya bahwa saya adalah salah satu pemain terbaik dunia dan saya senang dengan penampilan saya hari ini," ungkap Lee dilansir dari Badmintonplanet.

Lee tidak hanya menjaga semangat timnya dengan kemenangan di laga itu. Ia bahkan selalu menjadi penyumbang poin sejak babak penyisihan grup. Hingga mengukir pencapaian fenomenal lainnya di babak perempat final. Untuk kali pertama, Lee berhasil menumbangkan tunggal putra nomor satu Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, 21-11 dan 21-16.

Kemenangan pertama dalam empat pertemuan mereka sekaligus menjadi salah satu poin yang ikut membantu Malaysia membungkam Indonesia.

Lee Zii Jia berhasil membungkam Anthony Ginting di perempat final Piala Sudirman 2021: BADMINTON PHOTO/JNANESH SALIAN 
Lee Zii Jia berhasil membungkam Anthony Ginting di perempat final Piala Sudirman 2021: BADMINTON PHOTO/JNANESH SALIAN 

Malaysia kemudian kalah 1-3 dari Jepang di babak empat besar. Di atas kertas Jepang memang lebih difavoritkan. Namun, Lee dan kawan-kawan sudah bertarung luar biasa. Mereka membuktikan diri sanggung menjawab kepercayaan dengan hasil yang tak mengecewakan.

Tak berselang lama, Hendrawan menulis status di Instagram. Menyertai gambar ruas jalan yang mengular panjang, mantan pemain tunggal putra Indonesia itu menulis begini.

"Jalan masih panjang. Menang tidak perlu dipuji setinggi langit. Kalah tidak perlu diserang/dihantam seperti ditenggelamkan ke dalam air."

"Semua butuh proses, Champion adalah hasil akhir. Mencoba menikmati semua proses untuk mencapai hasil akhir."

Ya, Lee dan Hendrawan sedang berproses. Cepat atau lambat kematangan yang semakin terlihat akan menampakan wujudnya semakin benderang.

Lalu, bagaimana kondisi tunggal putra kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun