Tidak berhenti dengan protes semacam itu, pihak Malaysia dikabarkan telah mengajukan banding resmi kepada penyelenggara. Keputusan resmi terkait protes tersebut akan diumumkan dalam waktu dekat, setelah dibahas dalam pertemuan CDM (chef de mission).
Salah alamat
Pihak penyelenggara tampaknya sadar akan reaksi keras warganet Malaysia di media sosial. Hanya saja, Spence tak menyangka serangan yang mereka terima begitu kasar.
Salah satu hal yang disayangkan adalah tidak sedikit komentar itu menyasar pihak-pihak tak bersalah. Tim Paralimpiade Ukraina adalah salah satu korban salah alamat warganet Malaysia.
Mestinya reaksi itu terkait substansi kontroversi dan mengarah kepada penyelanggara yang menganulir pencapaian atlet mereka.
"Maafkan saya. Aturan adalah aturan. Keputusan itu sudah diambil. Bukan kesalahan Ukraina bahwa orang Malaysia itu terlambat," ungkap Spence.
Kejadian seperti ini sebenarnya bukan pertama kali dialami tim Malaysia. Awal tahun 2019, Komite Paralimpiade Internasional (International Paralympic Comitte atau IPC) mediskualifikasi atlet Malaysia dari Kejuaraan Para Renang Dunia karena sikapnya terhadap atlet Israel.
Spence bersaksi, reaksi yang dierima IPC saat itu pun serupa.
Akhirnya, kita patut bertanya diri. Mengapa netizen begitu mudah terpancing untuk memberikan reaksi di luar kewajaran? Apakah karakter seperti ini sudah menjadi bagian dari dinamika sosial media dewasa ini? Bagaimana bila kita berada di pihak yang mendapat serangan tak berdasar itu?
Di sisi lain, bagaimana aturan semestinya dalam hal-hal seperti ini? Apakah keterlambatan ke "call room" adalah alasan sustansial, sementara para atlet tetap diperkenankan bertanding?Â
Patut diingat, ini adalah perhelatan bagi para atlet berkebutuhan khusus. Semestinya aturan-aturan dibuat secara jelas, logis, dan sekiranya tetap ada ruang pemahaman.