Dengan menganulir keputusan sebelumnya, angkatan terbaik Widi berada pada 98 kg. Sementara itu di angkatan ketiga, Fuentes gagal mengangkat beban 99 kg.Â
Artinya, posisi atlet asal Karangasem, Bali ini naik ke urutan kedua dengan angkatan terbaik satu kg lebih berat dari pesaing terdekat asal Amerika Selatan itu. Medali perak menjadi milik Widi. Merah Putih pun ikut mengangkasa.
"Bangga dan senang sekali karena sesuai target pribadi, meski harus mengakui Cina kuat sekali," ungkap Widi.
Perunggu SaptoyogaÂ
Ni Nengah sudah meraih berbagai medali mulai dari perunggu World Championship 2014 di Dubai, perak Asian Para Games Incheon di tahun yang sama, hingga perak Asian Para Games Jakarta 2018.
Ia berharap pencapaian ini menyemangatinya untuk menghadapi berbagai event yang akan datang. Baik itu ASEAN Para Games maupun Asian Para Games.
Selain itu, medali pertama yang ia dapat, semoga bisa menjadi katalis, ikut membakar semangat para atlet lainnya untuk meraih medali. Indonesia menargetkan satu medali emas dari 23 atlet yang dikirim ke Tokyo kali ini.
Peluang medali lainnya datang dari Sapto Yoga Purnomo. Peraih medali emas Asian Para Games 2018 itu melaju ke final atletik 100 meter T37 putra. Sebelum itu ia menjadi yang tercepat di heat 1 pada Jumat, (28/8/2021).
Parasprinter Indonesia ini mencatatkan waktu 11.33 detik, mengungguli Vladyslav Zahrebelnyi (Ukraina), Mateus Evangelista Cardoso (Brasil), Gabriel Christian Luiz da Costa (Brasil), Andrei Vdovin (Rusia), dan Brian Lionel Impellizzeri (Argentina).
"Terima kasih untuk masyarakat Indonesia atas dukungannya. Semoga medali saya ini bisa menjadi motivasi teman-teman lainnya yang akan bertanding. Semoga Merah Putih berkibar sebanyak-banyaknya di Tokyo," ungkap Widi.