Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Urgensi Literasi Keuangan di Tengah Himpitan Ekonomi dan Gunung Sampah Makanan

18 April 2021   23:09 Diperbarui: 28 Maret 2022   11:40 2353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makanan yang dibuang. (Dok. Shutterstock/nito via kompas.com)

Bila belum, hemat saya, masih ada waktu untuk berbenah. Bulan puasa ini menjadi saat metanoia, pertobatan. Tidak hanya untuk membina dan memperbaiki hubungan dengan yang Maha Tinggi, tetapi juga dengan sesama dan alam lingkungan.

Pertama, patut diakui selama Ramadan hingga Lebaran, bahkan sejak pandemi merebak, pola konsumsi cenderung berubah. Pada sebagian orang kebutuhan cenderung bertambah. Situasi ini kadang membuat orang jatuh dalam kecemasan dan putus asa, juga sebaliknya menjadi tak terkendali.

Pengelolaan keuangan menjadi centang perenang. Dana darurat bisa saja dipakai begitu saja untuk kebutuhan selama Ramadan. Tanpa berpikir panjang mudah saja memakai tabungan untuk menutupi berbagai kebutuhan.

Untuk itu perlu membuat perencanaan anggaran secara baik. Setiap kebutuhan dipikirkan secara teliti sesuai pendapatan atau pemasukan. Pendapatan dan pengeluaran perlu dicatatat secara rapih agar diketahui alokasi setiap anggaran dan mengetahui kecenderungan penggunaan anggaran.

Singkatnya, melalui pencatatan itu kita bisa melakukan evaluasi. Apakah pengeluaran sejalan dengan perencanaan? Bila pengeluaran sudah berlebihan, maka perlu memangkas pengeluaran pada pos-pos yang tidak terlalu penting.

Dalam penyusunan anggaran ditentukan pula skala prioritas dan sumber dana sesuai peruntukan. Setiap kebutuhan utama memang harus dipenuhi, termasuk juga pos pengeluaran untuk dana sosial seperti zakat dan sumbangan. Walau sulit, memang kita tetap perlu berbagi, bukan?

Kedua, untuk menekan anggaran sejauh dapat diatur strategi pembelanjaan. Misalnya, berbelanja pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari godaan untuk membelanjakan hal yang kurang penting.

Ketiga, membuat menu sahur dan berbuka puasa sendiri adalah pilihan yang cukup beralasan untuk menghemat anggaran. Selain itu, menghindarkan kita dari pembelanjaan makanan yang impulsif. Bila kita sendiri yang memasak maka kita bisa memperkirakan berapa banyak yang harus dibuat sesuai dengan kebutuhan keluarga.

Keempat, sejauh dapat menghindari godaan berhutang. Tidak hanya kepada orang-orang terdekat, tetapi juga pada berbagai sumber, tidak terkecuali pinjaman online. Selain menghindari beban yang harus ditanggung, biasanya pinjaman dari aplikasi tertentu memiliki bunga yang tinggi.

Kelima
, menjaga kestabilan "cash flow." Jangan boros. Hindari membeli barang-barang untuk memenuni keinginan. Lebih baik kelebihan dana disimpan sebagai tabungan atau diinvestasikan.

Selain itu, bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih berguna. Banyak yang kesulitan, karena itu berperilaku boros dan takabur di tengah situasi seperti ini sungguh mencederai nilai-nilai luhur yang hendak kita timba dari kemuliaan bulan Ramadan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun