Krisis yang terjadi dalam dua tahun terakhir jelas dipicu oleh pandemi Covid-19. Dampaknya pun berbeda. Bila dua krisis sebelumnya lebih menghantam sisi ekonomi. Sementara krisis yang muncul belakangan ini menerjang ekonomi plus kesehatan masyarakat.
Pandemi Covid-19 menghantam semua sektor dan segala lapisan masyarakat. Dari rumah tangga hingga pelaku usaha tak terkecuali. Tidak hanya ekonomi dan kesehatan yang terdampak, tetapi juga aspek-aspek lain.
Penerapan protokol kesehatan di antaranya dengan membatasi mobilitas dan ruang gerak sosial yang wajib dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 tidak hanya menghadirkan kejutan dalam interaksi sosial tetapi juga menghambat bergulirnya rantai pasok dan roda perekonomian.
Sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), tempat paling banyak para pelaku usaha di Indonesia menggantungkan hidupnya sekaligus menentukan nasib bangsa ini, tak bisa mengelak. Bila pada krisis-krisis sebelumnya sektor ini menjadi batu karang, tidak demikian kali ini.
Dari sekitar 61 juta pelaku UMKM, sebagian besar terkena imbas. Melansir katadata.co.id (26/3/2021), hanya sebagian kecil pelaku UMKM yang mampu menerjang badai pandemi.Â
Laporan Bank Indonesia (BI), hanya 12,5 persen UMKM yang mampu berdaptasi sehingga bisa tetap eksis, bahkan beberapa persen dari antaranya bisa mengalami pertumbuhan. Sementara itu, 87,5 persen UMKM tak kuat menahan hantaman pandemi.
Bisa dibayangkan berapa banyak orang yang tengah terseok-seok ? Bila satu UMKM terdiri dari 2 orang misalnya, maka lebih dari 122 juta orang terkena hantaman. Lantas, dari jumlah tersebut, kita bisa mereka berapa banyak orang yang hidupnya bergantung pada 122 juta orang itu.
Bagaimana bila ditambah pihak yang terdampak dari usaha besar yang mandek atau rubuh? Bila digabung dengan mereka yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) berikut kelompok sektor informal yang paling rentan terkena imbas, maka dampak pandemi yang dirasakan hampir oleh semua kelompok masyarakat bukan sesuatu yang mengada-ada.
Gunung Sampah Makanan
Sebelum pandemi merebak, Indonesia terkenal sebagai salah satu negara dengan kontribusi sampah makanan terbesar di dunia. Foodsustainablity.eiu.com, menaksir tiap orang di tanah air menghasilkan sampah tak kurang dari 300 kg per tahun.