Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Vita Brevis, Dignitas Longa (Mengenang Daniel Dhakidae dan Umbu Landu Paranggi)

6 April 2021   17:42 Diperbarui: 7 April 2021   08:19 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan dari postingan di https://twitter.com/filsafatmu

Secara metaforis, Umbu tidak ingin dikenal sebagai "pohon" besar yang gagah perkasa. Ia juga tak ingin disebut-sebut karena jasanya menaungi banyak penyair. Ia justru memilih menjadi "pupuk" yang mengorbankan diri untuk memberikan kehidupan banyak penyair.

Bagi Umbu, seperti penuturan Cak Nun, puisi dan kehidupan adalah satu. Kehidupan adalah puisi. Puisi yang mengandung keindahan, untuk menyeimbangkan kebenaran dan kebaikan. Rasa yang mesti menemani akal budi agar hidup terhindar dari konflik, pertentangan, permusuhan, dan perang.

"Umbu adalah manusia hati, bukan manusia akal pikiran yang rewel dan ruwet atau bahkan meruwet-ruwetkan diri sebagaimana orang-orang sekolahan di abad ini," demikian Cak Nun.

Terlepas seperti apa mereka ingin disebut dan bagaimana menyebut mereka secara pas, yang pasti, kini, kita akan mengenang mereka dari setiap perjumpaan, pemikiran dan hasil karya. 

Dedikasi dan ketekunan mereka merawat martabat panggilan hingga ajal menjemput adalah peninggalan berharga yang sepatutnya ditiru. 

Daniel di halaman pertama magnum opus, Menerjang Badai Kekuasaan menulis demikian.  Vita brevis Dignitas Longa. Hidup manusia pendek, namun martabat panjang usianya. 

Ya, martabat yang sudah kalian perjuangkan sekuat-kuatnya dan sehormat-hormatnya itu niscaya abadi. Selamat jalan para maestro!

Ilustrasi meninggal dunia. (Image by Rob van der Meijden/Pixabay)
Ilustrasi meninggal dunia. (Image by Rob van der Meijden/Pixabay)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun