Saat Asian Leg (Yonex Thailand Open, Toyota Thailand Open, dan World Tour Finals) di Bangkok, kita hanya menemukan tulisan "Indonesia Maju" di tempat yang sebelumnya ditempati Blibli.com di jersey sebagian besar pemain Indonesia, kecuali The Daddies, Hendra/Ahsan.Â
Tidak ada logo brand tertentu yang nangkring di posisi paling strategis dari seragam seorang pemain. Baru kemudian kita dapatkan stempel dengan tulisan besar BNI 46 pada seragam baru timnas Indonesia.Â
Apakah ini pertanda salah satu BUMN itu sudah mengambil tempat sebagai sponsor utama? Apakah dukungan pemerintah melalui bank nasional ini hanya sementara selama All England atau berjangka panjang?
Belum banyak informasi yang diungkap ke publik terkait kehadiran BNI 46 di seragam Marcus Gideon dan kawan-kawan. Hanya yang bisa dipastikan adalah kerja sama sponsor dengan salah satu perusahaan swasta besar sudah berakhir 31 Desember lalu.
Berakhirnya kontrak tersebut tidak lepas dari kritik terkait kehadiran logo produsen teersebut terutama pada seragam yang dikenakan anak-anak, hal mana perusahaan itu giat menggelar audisi pencarian bakat pebulutangkis muda selama bertahun-tahun.
Salah satu visi Agung Firman sebagai orang nomor satu di PBSI adalah mengubah pola kerja sama sponsor dari sekadar tanggung jawab sosial perusahaan menjadi bisnis.
Agung yang terpilih pada 6 November 2020 lalu, berdalih, bulutangkis adalah olahraga yang sangat menjual sehingga perlu diberi ruang kepada semua pihak untuk ikut berpartisipasi.
Adalah tanggung jawab bersama untuk ikut memajukan prestasi olahraga kita, terutama pada cabang-cabang potensial untuk mengangkat tegak wajah Indonesia di mata dunia. Kontribusi negara sebagai representasi masyarakat seluruhnya melalui anak-anak usaha dari berbagai BUMN sudah seharusnya lebih mengemuka.
Ya, bulutangkis menjadi salah satu dari sedikit cabang olahraga yang bisa membuat harum nama Indonesia. Bila demikian, mengapa kita harus menutup diri untuk menangkup berbagai dukungan termasuk dalam bentuk finansial sebagai salah satu amunisi utama penggerak roda pembinaan bulutangkis di Indonesia agar bergulir lebih teratur, menjangkau lebih luas, dan mendongkrak prestasi lebih tinggi.
Hanya saja, di balik peluang emas tersebut, para atlet harus tetap ditempatkan sebagai subjek utama. Kepentingan bulutangkis nasional tetap nomor satu. Jangan sampai para atlet sekadar menjadi pelengkap penderita dan wangi prestasi bulutangkis menjadi jualan untuk meraup untung sebesar-besarnya untuk kepentingan di luar olahraga tersebut.
Bila kehadiran perusahaan negara itu dalam rangka mendukung prestasi bulutangkis dalam negeri, maka kita patut menyambut dengan sukacita.Â