Dari sektor lain pun diwakili oleh utusan terbaik. Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Chirstie, dan Tommy Sugiarto sebagai kepunyaan terbaik Indonesia di tunggal putra. Berikut Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu, pasangan ganda campuran dan ganda putri nomor satu Indonesia.
Delapan pemain atau pasangan itu diharapkan bisa menghadirkan prestasi terbaik. PBSI mengirim semua sumber daya terbaik dengan harapan bisa mendulang sebanyak mungkin gelar juara.
Tentu pernyataan itu bisa dibaca dari dua arah. Dari satu sisi, itu menjadi semacam seruan optimisme yang mengemuka setelah tunggal putri yang selama ini menjadi sektor paling lemah tidak memiliki wakil di panggung prestisius itu.Â
Namun bukan baru kali ini Indonesia memberangkatkan semua pemain terbaik dan tidak sedikit turnamen yang diikuti itu berakhir tidak sesuai harapan.
Di sisi lain, target meraih gelar sebanyak-banyaknya menjadi sebentuk kehati-hatian untuk tidak secara jelas mematok target. Kita bisa berkaca pada empat turnamen yang sudah bergulir sepanjang tahun ini. Hampir semua tidak memenuhi target.
Sedihnya, turnamen-turnamen yang berakhir dengan minim gelar itu tidak diikuti oleh segenap pemain terbaik. Sehingga lebih baik kali ini tidak lekas mengumbar janji gelar agar tidak membebani para pemain dan memberikan harapan sesaat bagi para penggemar di ajang yang akan mempertemukan para pemain unggulan di semua sektor dan dari negara-negara dengan tren prestasi yang mentereng belakangan ini.Â
Hampir semua pemain dari mana-mana yang namanya tertera di daftar teratas ranking BWF ikut serta.
Hal penting lain yang patut digarisbawahi adalah perkembangan para pemain dari negara lain yang hilang dari radar pantauan. Hanya segelintir pemain yang bisa kita lihat sepak terjang dan kemampuan terkini dari sedikit turnamen yang bisa digelar sepanjang awal tahun ini.
Apakah kemampuan para lawan masih sebatas yang dijumpai sebelumnya? Apakah selama beberapa bulan belakangan atau hampir setahun terakhir perkembangan mereka tak berkembang signifikan?
Jangan-jangan justru dalam keheningan mereka sudah meningkatkan kemampuan tanpa perlu mengumbar pada kita? Dan saat semua orang mengeluhkan kesulitan di tengah pandemi, jangan sampai mereka justru menemukan momentum untuk menjadi lebih baik?