Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Prapaskah, Paus Fransiskus, dan Jalaluddin Rakhmat

17 Februari 2021   06:30 Diperbarui: 18 Februari 2021   11:08 1793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kutiban pesan Prapaskah Paus Fransiskus: www.americamagazine.org

Artinya, puasa bukan soal orang per orang atau kelompok agama tertentu. Puasa adalah laku lumrah yang sudah, sedang dan bisa dijalankan oleh siapa saja. 

Selain sebagai bentuk penghayatan terhadap perintah agama, puasa adalah kesempatan emas untuk menimba banyak nilai moral dan kebajikan universal. Salah satu nilai moral yang disebut Kang Jalal, dengan mengutip Ali bin Abu Thalib, adalah "jangan jadikan perutmu sebagai kuburan hewan."

Puasa adalah kesempatan mendidik manusia untuk tidak egois. Tidak semena-mena terhadap sesama. Ujian menahan berbagai godaan dan kecenderungan ingat diri yang akut dengan menjadikan sesama, apalagi yang miskin dan lemah, sebagai objek eksploitasi dan tumbal pemenuhan hasrat dan ambisi pribadi.

Puasa adalah momen metanoia. Pertobatan. Jalan pulang pada yang sejati. Penyadaran terhadap jati diri asali sebagai  ciptaan Allah yang fana, tidak berarti, dan tak bisa luput dari salah dan dosa. Umat Katolik menandainya dengan goresan abu hasil pembakaran daun palma pada dahi dalam perayaan Rabu Abu. 

Kesadaran akan kerapuhan yang membuat setiap orang tidak bisa bergantung pada kesanggupan sendiri dan hidup bagai sebuah pulau terasing. Kita adalah sesama bagi yang lain. Tidak hanya dalam untung, tetapi juga saat malang menerjang seperti kala pandemi Covid-19 ini.

Selamat berpuasa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun