Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menguak Hansi Flick, Sosok Kunci di Balik Sextuple Bayern Muenchen

13 Februari 2021   06:24 Diperbarui: 13 Februari 2021   20:32 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hansi Flick diusung para pemain Bayern usai mengklaim gelar Piala Dunia Antarklub FIFA: www.fifa.com

Penggemar Bayern Muenchen di seantero jagad tentu lagi bersukaria. Sepertinya tidak ada fan klub manapun di dunia yang sebahagia mereka. Betapa tidak. Kemenangan atas Tigres di Stadion Education City, Al Rayyan, Qatar, Jumat (12/2/2021) dini hari WIB, menyempurnakan segenap pencapaian tanpa cacat di semua kompetisi sejak tahun lalu.

Kemenangan satu gol tanpa balas atas klub Meksiko itu mengantar Bayern kembali ke tangga juara Piala Dunia Antarklub. Penantian manis setelah menjadi jawara antartim terbaik di benua ini pada 2013 silam.

Turnamen ini sebenarnya digelar akhir tahun lalu. Gara-gara Covid-19 yang menyerang tanpa ampun ke segenap penjuru planet ini, membuat penyelenggara harus mengundurnya. Meski begitu, tak sampai membatalkan perhelatan ini sehingga FC Hollywood pada akhirnya bisa mengunci enam gelar. Sextuple.

Apa rahasia di balik kedigdayaan Die Roten? Demikian pertanyaan besar yang bisa kita dapatkan jawabannya dari berbagai sisi. Salah satu faktor penting yang tak bisa ditampik adalah kemampuan sang juru taktik. Siapa lagi kalau bukan Hans-Dieter "Hansi" Flick.

Dibanding Pep Guardiola, Jose Mourinho, atau Zinedine Zidane, nama Hansi boleh dibilang tidak banyak disebut saat para manajer top itu dielu-elukan karena kesuksesan demi kesuksesan yang mereka raih. Bahkan hingga sebelum The Bavarians kembali menggembrak panggung Eropa, namanya seakan tenggelam di balik hingar-bingar nama-nama keren itu.

Namun siapa sangka, saat para pelatih hebat itu ramai dibicarakan, Hansi sebenarnya sedang bekerja dalam diam. Bertindak dalam kesepian pemberitaan adalah bagian dari proses persiapan menuju kesuksesan yang terlihat jelas belakangan ini.  

Mestinya Hansi sudah harus ramai dibicarakan saat ia menjadi bagian dari sejumlah proyek sukses bersama timnas Jerman jauh sebelum Zidane misalnya, mencuri perhatian dunia karena sentuhan "magis"nya pada Real Madrid.

Bayern Muenchen juara Piala Dunia Antarklub FIFA 2020: www.fifa.com
Bayern Muenchen juara Piala Dunia Antarklub FIFA 2020: www.fifa.com

Pertama, Hansi sejatinya memiliki modal yang lengkap. Sebelum menjadi pelatih, ia memiliki pengalaman yang cukup sebagai pemain. Ia adalah seorang gelandang yang baik. Ia pernah meraih kesuksesan bersama Bayern. Ia merasakan empat gelar Bundesliga.

Pun di level tim nasional. Ia pernah memperkuat tim muda Der Panzer. Sayangnya, garis nasibnya di timnas tak lurus hingga jejang senior.

Kariernya di timnas memang berakhir antiklimaks sebelum mencapai level yang didambakan oleh semua pesepakbola. Namun begitu, garis nasib pria yang kini berusia 55 tahun itu justru terlihat lurus dan mulus di pinggir lapangan.

Setelah Piala Dunia 2006 ia diminta mendampingi Joachim Loew sebagai asisten pelatih timnas Jerman. Kesaksian banyak orang menunjukkan bahwa ia berhasil memainkan peran sebagai pendamping Loew. 

Kerja sama apik dan relasi terbangun harmonis. Meski begitu, ia lebih memilih berada di belakang Loew saat harus berhadapan dengan media.

Salah satu buah manis kerja sama mereka dipetik di Piala Dunia 2014.  Penampilan apik sepanjang turnamen dengan kemenangan telak 7-1 atas tuan rumah Brasil di semi final, kemudian mengantar Die Mannschaft ke final ke delapan, dan berpuncak pada gelar keempat di pesta olahraga terakbar sejagad itu.

Ada satu hal menarik patut diangkat saat Jerman membuat Mineirao Stadium banjir air mata sedih yang tertumpah dari para pemain dan penggemar tuan rumah. Di balik tragedi besar bagi sepak bola Brasil, Hansi sebenarnya ikut berperan besar di belakangnya.

Satu dari tujuh gol pada Rabu, 9 Juli 2019 dini hari WIB itu lahir dari bola mati. Sosok yang giat melatih Thomas Muller dan kawan-kawan agar memanfaatkan peluang tersebut sejak awal adalah Hansi.

Hansi Flick dan Joachiom Loew saat bersama di timnas Jerman:www.bavarianfootballworks.com
Hansi Flick dan Joachiom Loew saat bersama di timnas Jerman:www.bavarianfootballworks.com

Loew tidak terlalu memandang penting latihan "set-piece". Ia bahkan sempat bercanda akan mentraktir makan malam bila prediksinya keliru. Timnya tidak akan mencetak satu gol pun dari bola mati di Brasil.

"Kami ingin menekankan kembali nilai bola mati, terutama di turnamen yang sangat ekstrem," alasan Hansi saat itu, seperti dilansir dari www.fifa.com.

Namun yang terjadi kemudian, candaan Loew itu justru terdengar garing. Jerman mampu mencetak empat gol dari tendangan bebas atau sudut.  Gol penyama kedudukan dalam pertandingan fase grup menghadapi Ghana, gol semata wayang dalam kemenangan di perempatfinal atas Prancis, dan gol pertama yang sangat penting saat menghancurkan Brasil di semi final, semua itu terjadi karena keberaniannya untuk tidak selalu menerjemahkan statusnya sebagai asisten secara lugu.

Keberanian itu tentu tidak lahir dengan sendirinya. Ia bersikukuh menempatkan bola mati sebagai salah satu prioritas bukan tanpa dasar. 

Ia memiliki pengamatan yang jeli dan proyeksi yang tajama akan setiap kesempatan yang mungkin dimanfaatkan sebagai peluang. Tidak hanya itu. Sebagai sosok yang pernah bekerja di berbaga bidang sepak bola, masukan para ahli bola mati di Bundesliga adalah penting.

Kedua, pernah menjadi pemain tentu memberinya banyak pengalaman teknis sebagai pelaku di lapangan. Menjadi asisten pelatih dan mendalami berbagai sisi lain secara mandiri membuatnya kaya akan sudut pandang lain yang diteropong dari belakang layar.

Pada gilirannya membuatnya semakin matang ketika harus naik pangkat menjadi pelatih kepala. Saat kesempatan itu datang, ia tak kagok. Juga tak sekadar aji mumpung untuk mendompleng ketenaran dan mencoba peruntungan di balik sumber daya pemain dan infrastuktur mutakhir sebuah klub besar seperti Muenchen.

Sebelum menangani Bayern, ia bekerja untuk tim Bundesliga, Hoffenheim. Kemudian ia direkrut menjadi asisten Niko Kovac pada musim 2019/2020. 

Saat menggantikan Kovac sebagai pelatih kepala pada November 2019, Hansi sepertinya tinggal meramu dan memadukan segenap pengalaman dengan segala yang ada di Allianz Arena.

Rentetan kesuksesan sepertinya tinggal menunggu waktu. Torehan 32 pertandingan tak terkalahkan di semua kompetisi berakhir dengan gelar Bundesliga, Piala DFB, Liga Champions, Piala Super Eropa, Piala Super DFL, dan terkini, Piala Dunia Antarklub FIFA.

a-hansi-flick-fica-comm-60265f588ede48431f672693.jpg
a-hansi-flick-fica-comm-60265f588ede48431f672693.jpg

Ketiga, banyak pelatih dengan masa lalu gemilang tak otomatis akan dengan mudah mempertahankannya saat berganti klub. Sudah banyak contoh, pelatih-pelatih hebat yang pernah berjaya dengan satu klub akan mengalami pasang surut saat berpindah tempat.

Hansi sepertinya belajar dari situasi tersebut. Pengalaman saat dan setelah bersama timnas Jerman tak serta merta menjadi jaminan bakal menjawab ekpektasi tinggi manajemen Bayern.

Untuk itu, ia memaksimalkan apa yang menjadi keunggulannya. Keberanian dan kerendahan hati. 

Ia dengan berani melakukan perubahan cukup radikal di tubuh Bayern. Kepada para pemain ia meminta untuk meningkatkan intensitas dari biasanya. Tekanan yang lebih intens dan meciptakan garis pertahanan yang lebih tinggi. 

Selain itu, kolaborasi apik dengan staf pelatih untuk tetap serius menjaga fisik, semangat, dan performa tim di saat dunia berjuang menghadapi musuh bersama: pandemi Covid-19.

Di balik keberanian dan keteguhannya, ia tetaplah sosok yang rendah hati. Ia membangun kedekatan dengan para pemain sejak awal. Meski predikatnya pelatih utama, ia tetap menaruh hormat dan penghargaan kepada kemampuan setiap pemain secara adil.

"Sejak awal, dia menciptakan atmosfer yang sangat bagus di tim dan memberi kami kepercayaan diri yang tinggi. Kami merasa kami tidak terkalahkan," Joshua Kimmich bersaksi usai mereka jadi kampiun dunia.

Skuad FC Bayern di final Piala Dunia Antarklub:www.fifa.com
Skuad FC Bayern di final Piala Dunia Antarklub:www.fifa.com

Keempat, enam pencapaian mentereng yang diraih membuat Hansi ikut masuk dalam buku sejarah Muenchen. Enam gelar semusim yang hanya pernah dilakukan oleh Barcelona di era Pep Guardiola pada 2009.

Selain itu namanya pun tercatat dalam lembaran tersendiri. Ia menjadi pelatih pertama yang memenangkan Piala Dunia Antarklub dan Piala Dunia FIFA, meski sebagai asisten pelatih.  

Zidane mampu berjaya di dua turnamen itu tetapi dalam status berbeda. Zizou angkat trofi Piala Dunia bersama timnas Prancis 1998 saat menjadi pemain dan sebagai pelatih dua kali mengantar Real Madrid jadi juara dunia pada 2016 dan 2017.

Tentu saja, dengan kualitas yang ada, bukan tidak mungkin karier Hansi akan semakin berkibar. Meski begitu untuk bisa terus menghadirkan kejayaan bagi Bayern, ia tetap harus berjuang. Tidak hanya menjaga orkestra indah yang sudah terjaga di antara para pemain, tetapi juga menghadapi setiap tegangan internal secara baik.

Hansi sebenarnya sudah berusaha menyelesaikan tegangan itu secara apik. Raphael Honingtein, penulis sepak bola Jerman, memberikan satu ulasan menarik usai gol tunggal Benjamin Pavard mengantar Bayern ke podium tertinggi di Timur Tengah.

Seperti dinukil dari BBC.com, Hansi mencoba untuk menjembatani ketidakselarasannya dengan Hasan Salihamidzic dengan memberi tempat kepada sejumlah pemain yang didatangkan dan direkomendasikan direktur olahraga itu.

Memberi tempat kepada para pemain yang bisa saja tidak masuk dalam rencana taktik Hansi di laga final adalah keputusan berani namun tepat, berisiko namun berdampak positif jangka panjang.

Bayern Muenchen juara Piala Dunia Antarklub: www.fifa.com
Bayern Muenchen juara Piala Dunia Antarklub: www.fifa.com

Dominasi Muenchen atas Tigres memang hanya berakhir satu gol, meski tim tersebut memiliki beberapa peluang emas yang bisa membuat juara Amerika Utara dan Tengah itu semakin tak berdaya. 

Namun dengan tetap memberikan apresiasi atas Tigres yang sudah berjuang semampu mereka sebagai perwakilan pertama CONCACAF yang tampil di final Piala Dunia Antarklub, Hansi sebenarnya sedang memainkan misi besar bagi Bayern. Itu adalah rekonsiliasi.

Perdamaian sebagai keutamaan untuk menjaga kesuksesan musim ini di tahun-tahun mendatang. Bila masing-masing berjalan sendiri-sendiri, gesekan antarpihak terus terpelihara, bila satu dan yang lain tak berjalan seirama, maka sulit untuk tetap melihat Bayern seperti hari ini.

Bukan kebetulan klub memilih menghidupkan semboyan Mia san Mia atau Wir sind wir dalam bahasa setempat, secara lebih proporsional sejak lebih dari satu dasawarsa terakhir. Ada banyak arti, makna dan prinsip yang bisa dijabarkan dari filosofi yang muncul sejak era Kekaisaran Austro-Hungaria abad ke-19 itu.

Secara lebih plastis kita bisa menyebutnya: kita adalah Kita. Itulah yang ditunjukkan Hansi. Juara tidak datang dari pemberian cuma-cuma pihak lain dan kerja segelintir orang. Gelar adalah hasil perjuangan bersama. Kita adalah kosa kata kunci dalam kamus hidup klub yang harus diterjemahkan sebenar-benarnya.

Terima kasih Hansi dan selamat Bayern!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun