Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Zlatan Ibrahimovic di Antara Kronos dan Kairos

8 Februari 2021   15:34 Diperbarui: 8 Februari 2021   16:01 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Torehan gol Ibrahimovic sejak awal karier hingga sekarang: twitter.com/FOXSoccer

Sejatinya, walau keduanya memiliki perbedaan makna, waktu itu tetap mengacu pada Sang Pemberi Kehidupan. Kita mendapatkan waktu itu secara cuma-cuma. Waktu itu adalah anugerah pro deo. Gratis.

Persoalan yang kerap kita hadapai adalah apakah setiap waktu yang kita dapat kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya? Kita boleh dianugerahi waktu yang panjang, tetapi tidak semua kita bisa memaknainya secara tepat, bukan?

Kita bisa mengurut waktu kita secara kronologis. Tetapi belum tentu di dalam urutan kronos itu kita mendapati kairos. Dalam setiap waktu dan peristiwa yang berjalan terus tanpa pernah kembali itu, kita bisa saja luput memberi  makna. Tak heran, waktu yang bergerak pergi itu kemudian meninggalkan rasa sesal dan kesal. Bila itu terjadi, maka si kairos hanya akan melambai-lambai dari jauh sambil mencibir dan mengejek. 

Kita bisa merunut jejak langkah Ibrahimovic di lapangan hijau secara kronologis selama 24 tahun berkarier sebagai pesepakbola. Akan kita temukan banyak potongan waktu dengan sejarah tersendiri. Mulai dari kariernya bersama Malmo pada 1999 dengan torehan 18 gol.

Lalu hijrah ke Ajax Amsterdam pada 2001. Ia mencetak 48 gol selama tiga musim di Belanda dengan dua gelar liga dan satu Piala Belanda. Gelar serie A berturut-turut ia dapat bersama Juventus sejak hijrah ke Italia pada 2004. Walau kedua gelar itu kemudian dicabut karena kasus Calciopoli, namanya tetap tercatat sebagai pencetak 26 gol bagi klub Turin itu.

Kasus yang berbuntut degradasi itu membuat Ibra memilih hijrah ke Inter Milan. Tiga musim ia habiskan di kota mode dengan torehan total 66 gol dan setiap musim selalu diakhiri dengan Scudetto.

Tak sampai di situ. Ia pun mencoba peruntungan di La Liga Spanyol. Bergabunglah ia dengan Barcelona pada 2009. Ia mencetak 22 gol dan ikut menjadi bagian dari skuad peraih gelar La Liga, Piala Super UEFA, dan Piala Dunia Klub FIFA.

Tak betah di Spanyol, Ibra kembali ke Italia. Sejak musim panas 2010 ia menjadi pemain Milan. Dua musim ia berseragam hitam-merah, berkontribusi 56 gol. Kemudian ia pindah ke Prancis bersama Paris Saint-Germain (PSG) pada 2012.

Di Prancis, Ibra menorehkan catatan tersendiri. Empat musim di Paris, ia mencetak 156 gol dan tak pernah kehilangan gelar Ligue 1. Dua gelar Coupe de France dan tiga Coupes de la Ligue, serta treble domestik dalam dua musim terakhir.

Periode 2015/2016 bisa dibilang sebagai masa paling subur dalam kariernya. Betapa tidak. Torehan 50 gol dalam 51 penampilan bukan sesuatu yang mustahil baginya.

Ibra kemudian bergabung dengan Manchester United pada 2016. Hasilnya, piala Liga Inggris dan Liga Europa. Tak sampai dua musim di Manchester, Ibra pindah ke MLS, dengan meninggalkan catatan 29 gol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun